BANDUNG, — Ketua Jaringan Bandung Inisiatif (JBI), Arry Mulia Subagja menekankan, bagi JBI, Pancasila dan amanat UUD ’45 merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar. “Bagi kami, Pancasila dan UUD 45 kontrak mati,” kata Arry.
Penegasan ini, ia sampaikan saat pertemuan dengan para awak media hari Rabu (10/4-2019) di Rumah Makan Sindangreret Jl. KH. Hasan Mustopa Bandung dalam acara persiapan launching JBI. Tampak hadir pada acara itu, Abah Adhitya Alamsyah sebagai pendiri JBI dan dr. Andry Talma (Penasihat).
Bagi JBI, tegasnya, tetap kukuh dengan ideologi Pancasila dan UUD ’45. “Jadi, jika ada ideologi lain yang ingin hidup di NKRI jangan bermimpilah dan tidak ada tawar-menawar,” tegasnya pula.
Arry pun mengingatkan, sebentar lagi akan Pemilu 2019 dan pada saat kampanye banyak terjadi perbedaan pendapat dan gesekan serta hendaknya perbedaan pendapat atau gesekan itu jangan menjadi perpecahan.
Perbedaan pendapat, kata Arry Subagja merupakan kekayaan yang wajar dalam negara demokrasi seperti di NKRI ini. Dalam menghadapi Pemilu, perbedaan itu pasti ada namun harus tetap menjaga dan memelihara keutuhan NKRI.
WADAH PELESTARIAN
JBI yang akan launching mulai didirikannya pada ulang tahun pendirinya, Abah Alam (Adhitya Alamsyah) pada 26 April 2019, merupakan wadah pelestarian budaya dan adat istiadat sebagai energi pembangunan.
Penjelasan itu dikemukakan pendiri JBI Abah Alam kepada para awak media di Bandung, Rabu (10/4-19) seraya mengemukakan Launching ini bertema Syukur Nikmat Karunia Alam.
Sementara kata Abah Alam, JBI sebagai wadah pelestarian budaya dan adat istiadat mengajak masyarakat menyukseskan Pemilu 2019 dengan cara melakukan pencoblosan sesuai dengan hati nurani masing-masing.
Ia menyatakan harapannya Pemilu 2019 berjalan aman dan lancar. Sebab, suksenya Pemilu ini sesuai dengan amanat luhur para pendiri bangsa dan negara ini.
Jika pun terjadi gesrekan pada saat kampanye jangan sampai menyebabkan perpecahan. Sebab, katanya, gesrekan itu merupakan riak-riak gelombang dari arti demokrasi.
Abah Alam pun menyinggung soal program Citarum Harum sebagaimana tertuang dalam Kepres No. 15 tahun 2018 merupakan itikad Pemerintah karena telah mendapat penilaian dari badan dunia sebagai sungai terkotor di dunia.
Program ini pun, ujar Abah Alam, sebagai pemuliaan peradaban khususnya bagi urang Sunda. Ssbagai urang Sunda, katanya pula, kita patut bersyukur karena dengan program Citarum Harum ini ekosistem Citarum tetap terjaga dan terpelihara.
Elly