SUMEDANG,– Kemarau merupakan musim yang paling dinantikan oleh petani tembakau. Selain mendukung pada proses penjemuran, kualitas daun tembakau di musim kemarau juga menjadi pendukung penting.
Demikian disampaikan petani tembakau asal Dusun Lebak Biru, Desa Pasigaran, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Ayep (43), saat ditemui di Pasar Tembakau Tanjungsari, Senin (22/5/2023).
“Musim kemaru ini sangat cocok untuk penjemuran tembakau. Kita menjemur atau ngampar sasag (Sasag; alat jemur penampan tembakau) jam 5 subuh sampai menjelang magrib, sehingga proses penjemuran sempurna. Nah kalau musim hujan kadang jam 12 kita sudah angkat karena takut hujan. Sehingga proses penjemuran memerlukan waktu lama dan kualitas tembakau kurang bagus,” jelas Ayep, diiyakan petani tembakau lainnya, Oon (49).
Ayep menjelaskan, proses mengolah tembakau sangat sulit dan memerlukan ketekunan, mulai dari pemetikan daun, pemotongan hingga penjemuran.
“Untuk pemotongan sendiri, biasanya dilakukan pada malam hari dan harus selesai subuh. Tidak boleh dibesokan lagi. Setelah itu, dibutuhkan cuaca panas, dijemur sampai sore agar tembakau cepat kering dan maksimal,” jelasnya.
Senada, Oon menambahkan, jika mengurus tembakau harus seperti mengurus anak. Tidak sembarangan dan prosesnya dilakukan dengan teliti.
“Ngawitan ngeureut dugi ka moe, kedah taliti ai bako mah. Matak upami musim hujan kadang lami garing (Mulai dari pemotongan dan penjemuran, harus teliti. Maka kalau musim hujan, tembakau lama kering). Jika sudah begitu untuk penjualan pun jadi terlambat,” ucap Oon.
Dengan datangnya musim kemarau, Oon mengaku optimis menaman tembakau akan mulai bergeliat kembali.
Terbesar Kedua
Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Sumedang, dalam satu tahun Kabupaten Sumedang bisa menghasilkan sekitar 2.400 ton tembakau.
Hal itu, membuat Kabupaten Sumedang merupakan daerah penyuplai tembakau terbesar kedua di wilayah Provinsi Jawa Barat, setelah Garut.
“Kabupaten Sumedang menjadi daerah penyuplai tembakau terbesar kedua di Jabar. Penyuplai tembakau terbesar pertamanya yaitu Kabupaten Garut,” kata Kepala Bidang Perkebunan pada DPKP Kabupaten Sumedang, Dudi Daryadi, Selasa, 9 Mei 2023.
Menurutnya, mengingat kontribusi Sumedang pada sektor pertanian tembakau sangat besar, maka Kabupaten Sumedang akhirnya masuk sebagai daerah dengan penerimaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau terbesar ketiga di Jawa Barat.
Dudi mengatakan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan perkebunan tembakau di wilayah Kabupaten Sumedang ini tercatat mencapai 2.550 hektare, dengan estimasi hasil pertanian rata-rata 0,9 ton per hektare dalam setiap tahunnya.
“Ribuan hektare lahan pertanian tembakau ini tersebar di 25 wilayah kecamatan. Hampir ada di tiap kecamatan, kecuali Kecamatan Cisarua. Cuma yang paling luas lahan pertanian tembakaunya, memang di wilayah Sukasari, Tanjungsari, Jatinangor, Cimanggung, dan Rancakalong,” paparnya.
Dudi menjelaskan, selain memiliki banyak lahan pertanian tembakau, Kabupaten Sumedang juga memiliki pasar khusus tembakau yang tidak ada di daerah lain, termasuk di Kabupaten Garut selaku penyuplai tembakau terbesar di Jabar.
“Kabupaten Sumedang ini memang banyak kelebihan. Selain lahan pertanian tembakaunya luas, Sumedang juga memiliki fasilitas pasar sendiri yaitu pasar tembakau di Tanjungsari. Jadi daerah lain juga kalau mau menjual atau membeli tembakau pasti ke Sumedang,” ungkapnya.
Tidak heran bila Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, kini terus berupaya untuk mendorong pengembangan usaha pertanian tembakau, sebab bagaimanapun juga usaha pertanian tembakau di Sumedang ini sangat berpotensi untuk dikembangkan.
“Karena apabila usaha pertanian tembakau ini berkembang besar, maka perekonomian masyarakat di Sumedang juga pasti ikut meningkat. Sebab faktanya, petani tembakau di Kabupaten Sumedang itu totalnya mencapai 6.800 orang, dan itu belum termasuk buruh taninya,” tandasnya.
Kabupaten Sumedang dikenal dengan daerah penghasil tembakau terbanyak setelah Garut. Memasuki musim kemarau, para petani Sumedang memulai kembali menanam tembakau.
Meski dikenal sebagai penghasil tembakau, namun tak semua wilayah di Sumedang cocok untuk ditanami tembakau. Demikian juga dengan proses penjemuran, ada beberapa wilayah yang dianggap paling cocok menjemur tembakau.
Wilayah tersebut antara lain Kecamatan Cimanggung, Tanjungsari dan Sukasari. Alasannya, tiga wilayah ini selain menerima terik matahari yang baik, juga didukung kelembaban udara yang mumpuni.
“Kelembapan tersebut merupakan kunci dalam penjemuran tembakau. Jadi selain panas, harus punya suhu lembab juga. Cimanggung, Tanjungsari dan Sukasari adalah wilayah yang paling cocok untuk menjemur tembakau,” kata Staf Unit Pelayanan Teknis Terpadu (UPTD) Agrobisnis Tembakau Tanjungsari, Gilar, kepada wartawan, belum lama ini.
Ia mengibaratkan, di wilayah timur Sumedang, semisal Kecamatan Paseh dan Tomo, meskipun tanaman tembakaunya bagus, namun kurang cocok untuk penjemuran tembakau.
“Paseh dan Tomo hanya punya panas, namun tidak lembab. Sedangkan kelembaban ini dapat menjadikan tekstur tembakau kering tetapi liat (alot, red),” jelas Gilar.
Menurutnya, jika tekstur tembakau hanya kering, akan membuat rapuh saat dilinting.
“Dalam pengolahan tembakau, saat ini para petani sudah beralih dari manual, itu akan menjadi lebih efektif,” tandasnya. (Abas)