BANDUNG,– Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat, Mirza Agam menyoroti urgennya regenerasi pertanian di Jawa Barat.
Menurut Agam, persoalan regenerasi pertanian bukan saja pada persoalan lahan, tapi juga pada sumber daya petaninya itu sendiri.
“Berbicara seputar pertanian, memang persoalan yang cukup pelik dan sangat kompleks, mengingat masalah pertanian banyak terkait banyak hal,” kata Agam, di Bandung, Jumat (15/3/2024).
Agam menyebutkan, komposisi penduduk milenial di Jabar mencapai 26,07 persen dari total jumlah penduduk Jabar yang mencapai 48,27 juta jiwa.
Sementara secara nasional, imbuhnya, jumlah kelompok milenial berada di angka 25,87 persen. Dengan begitu kelompok milenial di Jabar lebih tinggi dari jumlah klasifikasi secara nasional.
“Apabila dilihat dari jumlah potensinya, bisnis pertanian bisa dikatakan cukup menggiurkan. Hanya saja, pertanian menjadi salah satu bidang ekonomi yang cukup kompleks permasalahannya. Untuk regenerasi petani muda, program ini bagus. Bisnis yang cukup potensial,” ujar dia.
Namun demikian, menurut Agam rantai bisnis dan perdagangan komoditas pertanian juga harus diperhatikan mengingat itu masalah yang kompleks.
“Perlu kejelasan, seperti apa skenario jangka menengahnya,” kata Agam.
Selain itu, sambung dia, program petani milenial yang sempat diluncurkan Pemprov Jabar diharapkan dapat merubah cara berpikir anak muda soal pekerjaan tani.
“Misalnya mereka lebih bisa beradaptasi dengan teknologi, sehingga akan ada penemuan-penemuan baru, varietas baru, jaringan pemasaran yang lebih inovatif, gaya kemasan yang beragam, dan adaptasi pemasaran secara online yang lebih maju,” paparnya.
Jika melihat potensi pertanian Jabar yang begitu potensial dan kondisi sumberdaya manusia yang minim regenerasi, menurut Agam regenerasi sumber daya petani menjadi sesuatu yang urgen bagi Jawa Barat.
“Regenerasi pertanian ini merupakan sesuatu yang terbilang urgen. Ini semua memang butuh proses yang tidak mudah untuk mengadopsikan kelompok penduduk milenial, dengan aktivitas pertanian di pedesaan,” jelasnya.
Menurutnya, selain memang cukup potensial, juga harus diingat soal tantangan milenial yang jumlahnya 26,07 persen dari total penduduk di Jabar itu.
“Potensi yang besar akan berbanding jika minat menjadi petani milenial kurang. Berapa banyak potensi penduduk klasifikasi milenial yang tertarik dan mau menjadi petani milenial? Generasi milenial dihadapkan pada keseharian dan ketertarikan pada hal-hal yang bersentuhan dengan digital teknologi dan praktis,” jelasnya.
Bicara keuntungan, kata Agam, semestinya usaha di bidang pertanian dapat menguntungkan atau setidaknya masa depan pertanian Jawa Barat bisa tambah maju.
“Selama ini yang menikmati keuntungan lebih besar bukan petani, tetapi pelaku usaha perdagangan komoditas pertanian. Meskipun ada banyak yang berhasil, namun kasus curhatnya petani milenial angkatan pertama yang dikejar setoran bank sehingga menjadi viral di medsos, hendaknya jadi bahan evaluasi bagi Pemprov Jabar,” kata Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jabar itu.
Terakhir ia menyebutkan, persoalan pertanian bukan hanya soal memasukan dan mendorong semakin banyak petani, tetapi juga memperbaiki jalur distribusinya atau tata niaga.
“Akhirnya harga komoditas pertanian yang terbentuk di pasar bisa dinikmati petani,” tandasnya. (Elly)