BANDUNG,– Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat (Jabar) menggelar kegiatan bertajuk Parlemen Mengabdi.
Pada rangkaian kegiatan tersebut, terdapat seminar bertemakan ‘Pancasila untuk Dunia’ akan diselenggarakan pada Jumat 21 Juni 2024 di Gedung Merdeka.
Selain itu, lomba artikel dengan tema “Pancasila atau Bung Karno” bagi dosen dan mahasiswa pasca sarjanana (S2, S3), lomba Content Creator tema “Pancasila” untuk siswa SMA, dan lomba Vlog konsep Live Report tema “Pancasila atau Bung Karno” untuk mahasiswa dan perguruan tinggi juga turut memeriahkan rangakaian acara.
Ketua Komisi I DPRD Jabar, Dr. H. Bedi Budiman menjadi salah satu pemateri. Bedi akan memberikan materi mengenai Geopolitik di Era Presiden Soekarno.
Menurut Bedi, Ir Soekarno atau Bung Karno menjadi tokoh sentral dalam perjuangan Indonesia. Bung Karno juga berperan penting dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.
“Bung Karno adalah penggagas utama dari Pancasila,” kata Bedi, kepada wartawan, Selasa (18/6).
Bedi mengatakan, pada sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei hingga 1 Juni tahun 1945, Bung Karno mengemukakan konsep dasar negara Indonesia. Yakni, terdiri dari lima prinsip yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.
Kala itu, sambungnya, Bung Karno merumuskan Pancasila berdasarkan pemikiran filosofis yang mendalam tentang kebangsaan, kemanusiaan, dan keadilan sosial.
“Bung Karno menginginkan dasar negara yang mampu mempersatukan berbagai kelompok etnis, agama, dan budaya di Indonesia,” katanya.
Menurutnya, Pancasila yang diyakini oleh Bung Karno mencerminkan nilai-nilai luhur seperti, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial.
“Nilai-nilai ini dianggap esensial untuk membangun bangsa yang kuat dan bersatu,” jelas Bedi.
Bedi menilai, Bung Karno sebagai Presiden pertama Indonesia senantiasa mengimplementasikan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, Bung Karno mempromosikan Pancasila melalui pidatonya yang berjudul “to build the world a new” di sidang umum PBB tanggal 30 September 1960.
Padahal, kondisi saat itu konflik ideologis sedang melanda dunia tetapi Bedi yakin Pancasila berhasil mempersatukan bangsa indonsesia yang memiliki keragaman etnis, suku bangsa, dan agama.
“Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai ideologi tengah yang mengakomodasi kedua ideologi yang sedang bertikai (era perang dingin),” jelasnya.
Menurutnya, Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia, pengaruh Bung Karno dalam merumuskan, serta mempromosikan Pancasila terus dihormati dan diakui.
“Pemikiran dan semangatnya masih relevan dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya,” jelasnya.
Perjuangan dan pemikiran Bung Karno, kata dia, tidak hanya memberikan dasar filosofis bagi bangsa Indonesia. Namun, pemikiran Sang Proklamator menjadi warisan yang terus hidup dalam bentuk Pancasila yang menjadi landasan dalam membangun negara yang adil, makmur, dan bersatu.
Menurut Bedi, Pancasila bisa berguna untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi antarbangsa. Kemudian, menguatkan solidaritas global dan memajukan demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM). Serta, memperkuat ekonomi yang berkeadilan.
Dalam hal mempromosikan perdamaian dan toleransi antarbangsa, kata dia, Pancasila bisa menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan serta keadilan sosial untuk mendorong perdamaian dan mengurangi konflik antar negara.
Kemudian, mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan budaya, agama, dan ras untuk menciptakan harmoni global.
Sedangkan terkait penguatan solidaritas global, kata dia, Pancasila diyakini bisa mendorong kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketidakadilan sosial.
“Bisa juga untuk membina semangat gotong royong dan saling membantu antara negara-negara untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” katanya. (El)