MUSIRAWAS,– Baju motif batik lengan panjang bergambar padi dan kapas bertuliskan ‘Mura Sempurna’ bantuan di era Bupati Musirawas sekarang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang telah dibagikan lembaga adat, tidak bagus. Pasalnya, saat baju dipakai, terasa gerah dan tak nyaman.
“Bila bajunya dipakai, terasa gerah dan panas. Tapi namanya juga dikasih, ya terima saja. Bila dibandingkan baju bantuan era bupati sebelumnya, lebih nyaman,” ucap sumber berinisial K, salah satu penerima baju bantuan yang diberikan saat acara di pendopoan rumah Dinas Bupati Musirawas awal bulan Desember 2019 dengan nada sedikit kecewa pada wartawan, belum lama ini.
Sementara, RZ salah seorang penjahit pakaian ketika melihat dan memegang bahan serta jahitan baju, ia menilai pengadaan baju tersebut diduga barang kodian yang belinya langsung dari pabrik dengan jumlah banyak, tentu harga relatif murah.
“Soal harga baju, itu berdasarkan pengalaman selama hampir puluhan tahun menjadi tukang jahit harganya tak begitu mahal. Apalagi beli dengan partai besar tentu ada potongan harga. Harga per baju tersebut berkisaran Rp 100 sampai Rp 150 ribu,” ungkapnya, Rabu (4/3/2020).
Ia menambahkan, keluhan mengenai baju ketika dipakai panas hal itu wajar karena lapisan baju bagian dalam atau yang dikenal dengan sebutan furing memakai bahan relatif murah.
“Wajar saja mereka mengeluh, sebab bahan dasar furing baju harga murah sehingga kurang menyerap keringat,” cetusnya.
Sementara itu, Emilia selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Musirawas, Sumatera Selatan di ruang kerjanya, Rabu (4/3/2019) mengatakan, baju untuk lembaga adat di Musirawas kegiatan 2019 semua sudah dibagikan.
Jumlah baju yang diberikan pada lembaga adat sebanyak 1009 baju. Rinciannya setiap lembaga adat yang ada di desa dan kelurahan menerima baju 5 orang, sedangkan untuk pembina adat di kecamatan 14 orang dari 14 kecamatan.
“Setiap lembaga adat yang ada di desa menerima bantuan baju saja sebanyak 5 orang, terdiri ketua, sekretaris, bendahara dan tiga anggota. Sementara, pembina di kecamatan mendapat baju setelan lengkap beserta aksesoris,” terangnya.
Menanggapi informasi baju yang dibagikan belinya kodian, PPTK membantah bahkan ia menjelaskan saat baju dipesan tidak ada pengukuran ukuran badan seperti layaknya memesan di tukang jahit karena penerimanya banyak.
Baju bantuan dipesan langsung dari pulau jawa termasuk desain batik motif lambang padi dan kapas diambil dari logo Pemerintah Kabupaten Musirawas.
“Kalau baju tersebut beli kodian itu tidak benar. Memang waktu dipesan penerima tidak diukur badannya, cuma ditanya biasanya pakai paju ukuran apa, karena pesannya langsung dari pulau jawa, bukan dijahit penjahit lokal,” kilah Emilia.
Emilia menambahkan, satu baju dianggarkan berkisar Rp 350 ribu. Sedangkan jumlah pagu anggaran kegiatan tersebut Rp 400 juta.
“Pagu anggarannya Rp 400 juta lebih. Pemborongnya CV. Sinar Baru. Waktu dicek kondisi barangnya semua bagus,” tandasnya. (Toni)