KOTA BANJAR,- Terminal Tipe A Kota Banjar, Jawa Barat dibawah pimpinan Kater Suyanto, beberapa bulan ini melakukan pembangunan gedung baru hingga pemagaran dengan pengerjaan revitalisasi. Total keseluruhan biaya pengerjaan pembangunan proyek tersebut menggunakan anggaran APBN milyaran rupiah dari kementerian perhubungan.
Namun niat baik dibalik pembangunan tersebut banyak dikeluhkan warga masyarakat penghuni terminal Banjar, yakni kalangan pedagang kios, pedagang asong dan para pengurus bus dari berbagai perusahaan.
“Kepala Terminal Banjar, Suyanto selaku penguasa kebijakan di lingkungan terminal selama ini tampaknya kurang perhatian dan kurang memiliki rasa kepedulian terhadap kami warga terminal banjar,” ujar salah satu pedangan, Sabtu (13/3/2021).
Dia menambahkan, kepala terminal Banjar sebelum mengijinkan pengerjaan proyek pembangunan revitalisasi terminal seharusnya memiliki gambaran dimana pedagang dan warga terminal akan ditempatkan, sehingga tidak dibuat repot.
“Keur mah di jaman pandemi Corona ini sulit mencari nafkah ekonomi ditambah lagi dengan masalah baru ini. Kami disuruh pindah tempat, tapi tidak jelas dimana kami ditempatkan,” ungkapnya.
“Dan dalam hal ini sudah menjadi hak dan kewajiban Kater Suyanto selaku pimpinan terminal Banjar untuk menjaga kondusifitas, keamanan, kenyamanan dan keselamatan warga masyarakatnya, yang disesuaikan dengan aturan yang tercantum dalam pra syarat perijinanya baik itu dari sisi amdal dan sebagainya, sehingga kami warga terminal Banjar terjaga kenyamanan dan keselamatannya, tidak dibuat kacau balau seperti ini,” tambahnya.
Ia menyebutkan, penghuni terminal dituntut untuk mencari lokasi tempat berdagang sendiri-sendiri tanpa adanya bantuan dan fasilitas apapun, baik itu dari penguasa teminal Banjar maupun dari pihak pemborong.
“Kami warga terminal Banjar sama sekali tidak dapat bantuan sepeser pun dari pemerintah. Yang ada justru kami dibuat kalang kabut alias kocar kacir tidak jelas arah dan tujuan kemana dan dimana kami akan ditempatkan,” katanya.
“Asa piraku kami harus berbondong-bondong bersama para sopir angkot mendatangi Kantor Wali Kota Banjar mah, untuk meminta bantuan dimana kami akan ditempatkan, dan dimana kami akan diposisikan agar kami para warga terminal dapat kejelasan,” tambah dia.
Menurutnya, terminal Banjar sebelum diambil alih oleh kementerian, para penguhuni terminal Banjar sejak tahun 2003 aman, nyaman, damai dan setiap ada persolan selalu ada solusinya. “Tidak seperti sekarang ini diabaikan kayak anak ayam kehilangan induknya,” tuturnya.
Sementara Kater Suyanto saat dihubungi wartawan melalui pesan WhatsApp, sejak pagi hingga berita diturunkan tidak menjawab.
Sementara Wakil Kepala Terminal Banjar, Opep kepada wartawan menyampaikan bahwa terkait relokasi para pedagang dan para keagenan, itu sama sekali tidak ada bantuan, baik dari pemerintah maupun dari pihak kontraktor, sebagaimana disampaikan kontraktor tidak bantuan yang tertulis dalam RAB.
“Untuk masalah tempat bagi para pedagang dan keagenan, silahkan menyesuaikan saja dengan situasional dan kondisional, sehubungan pemborong pemenang lelang dikejar target waktu, sepertinya pengerjaan lebih dipercepat, sehingga kami Jajaran Dishub Terminal Banjar saat ini tidak punya kantor,” katanya. (JH)