SUMEDANG,– Permasalahan sampah di depan pasar Parakanmuncang dan Puskesmas dengan tempat perawatan (DTP) menjadi acuan anggota DPRD Sumedang dapil 5 dalam acara Musrenbang Kecamatan Cimanggung.
Ketua Komisi II DPRD Sumedang dari Partai Gerindra Warson Mawardi mengatakan, hasil observasi di lapangan memang volume sampah di dua kecamatan ini (Cimanggung dan Jatinangor) sangat membludak. Jatinangor saja, per hari bisa mencapai 28 ton dan anggaran per tahunnya mencapai Rp. 3 miliar.
Belum lagi sampah di depan pasar Parakanmuncang yang selalu overload dan mengganggu pengguna jalan saat melintas. Untuk itu, Warson berharap pembuangan sampah dari Sumedang bagian barat dibuang ke TPA Legok Nangka Nagreg, Kabupaten Bandung.
“Terkait dengan sampah di depan pasar Parakanmuncang, memang sudah dijalin waktu itu dengan pemerintah kabupaten dengan provinsi. Ada beberapa kabupaten yang kerja sama membuang sampah ke Legok Nangka. Yang pertama adalah Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cimahi termasuk Garut. Nah, waktu itu Sumedang juga sudah kerja sama sudah melakukan nota kesepakatan untuk kerjasama, namun gak tahu kelanjutannya seperti apa,” ujarnya.
Menurut Warson, pemilihan TPA Legok Nangka Nagreg memang tepat dilakukan karena lokasi Sumedang berdekatan dengan Nagreg. Secara hitung hitungan akomodasi jelas akan lebih murah dibandingkan dengan membuang ke TPA Cibeureum Cimalaka Sumedang. Namun, entah kenapa kerjasama antara Pemkab Sumedang dan Pemprov Jabar tidak dilanjutkan.
“Cimanggung itu kan tidak punya TPS, memang alternatifnya ke Legok Nangka. Selain dekat bisa 4 kali rit juga lebih efisiensi bahan bakar. Namun, saya gak tahu berapa retribusi yang harus dibayar ke TPA Legok Nangka,” ujarnya.
Selain permasalahan sampah, Puskesmas DTP pun menjadi prioritas pembangunan jangka panjang di Cimanggung. Sebab, lokasi yang saat ini tidak representatif dan terlalu dekat dengan tempat sampah pasar Parakanmuncang. (abas)