ADIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, — Umat Islam perlu merawat hatinya dengan baik di bulan Ramadhan dan bulan-bulan setelahnya. Dengan hati yang bersih dan baik, maka sifat dan karakter pun akan mengikuti.
“Jika hatinya baik, maka semua perilaku kesehariannya akan baik, berkata jujur dan berperangai sopan santun kepada sesama, serta tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain,” ujar Jajang Rohana Anggota Fraksi PKS DPRD Jabar ketika berbincang-bincang tentang Ramadan 1445 H.
Lanjut Jajang yang kini terpilih lagi untuk kedua kalinya menduduki kursi DPRD Jabar. Oleh sebab itu, bulan Ramadhan ini, jangan pernah berhenti untuk memperbaiki hati.
“Terus berbenah diri untuk bisa berubah menjadi hamba yang semakin taat dalam menunaikan segala kewajiban dan tanggung jawab, serta berperilaku baik kepada sesama. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah menyampaikan:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya dalam jasad seseorang terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasadnya. Namun apabila segumpal daging itu rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR Al-Bukhari).
Jajang mengingatkan, Imam An-Nawawi dalam salah satu karyanya mengatakan hadis ini menjadi penguat pentingnya memperbaiki hati dan menjaganya dari hal-hal yang bisa merusak kesucian hati. (An-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, [Daru Ihya At-Turats: 1392], juz XI, halaman 29).
Sementara itu, menurut Syekh Ibnu Ajibah dalam salah satu karyanya, mengatakan bahwa hati merupakan setir, sedangkan anggota badan yang lain merupakan penumpangnya.
“Jika penyetir membawa pada jalan yang benar, maka semua anggota badannya akan terus memancarkan kebenaran. Sebaliknya, jika diarahkan pada kesalahan, maka selama itu pula akan terus mencerminkan kesalahan.
“Jika dalam hati seseorang sudah melekat sifat zuhud, maka akan terpancar dalam anggota badan yang lainnya sebagai peribadi yang selalu bersandar kepada Allah dan menerima setiap kejadian yang menimpanya,” imbuhnya.
Ia akan lebih percaya pada apa yang menjadi ketentuan Allah daripada apa yang sedang ada dalam rencananya sendiri. (Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam Syarhu Matnil Hikam, [Beirut, Darul Ma’rifah: tt], halaman 60).
Dapat disimpulkan bahwa menjaga hati merupakan salah satu hal penting dalam Islam. Imam Az-Zarnuji dalam karyanya bahkan berpendapat mempelajari gerak-gerik hati merupakan salah satu pelajaran yang wajib untuk diketahui semua umat Islam tanpa terkecuali, karena hanya dengan ilmu tersebut seseorang bisa mengontrol hatinya dengan kendali-kendali yang benar. (Imam Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim ‘ala Thariqatut Ta’aallum, [Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 14). (Dudi)