BANDUNG, patrolicyber.com — Peran media sangat krusial dalam membangun dan membentuk persepsi publik. Media tidak hanya sebagai sarana penyampaian informasi dan sosialisasi, tapi perkembangannya kini media menjadi alat untuk membangun opini positif maupun negatif.
Dalam konteks pemilu, media mengambil porsi yang lebih besar dalam memenangkan kontestasi, terlebih dengan kemajuan teknologi informasi. Jika dulu calon mengumpulkan sebanyak-banyaknya simpul massa, kini untuk menjadi pemenang, calon harus lebih ‘mesra’ dan aktif berinteraksi dengan media, baik mainstream maupun media sosial.
Jelang pemilihan walikota Bandung yang serentak pada Juni 2018 peran media sangat strategis memenangkan kandidat. Terlebih dengan karakter pemilih kota Bandung yang sangat terbuka terhadap informasi menjadi faktor penentu kemenangan. Demikian disampaikan praktisi dan konsultan media Asep Ferry yang dihubungi di Bandung (17/1/2018).
Jika melihat para kontestan yang akan maju, pasangan Yossi-Aries tampaknya yang paling jauh dengan awak media. Ini bisa dilihat dari traffic pemberitaan disetiap minggu nya. Jika pasangan lain namanya disebut empat hingga lima kali pada berbagai media, untuk pasangan Yossi-Aries hanya satu atau dua itu pun porsinya sangat minim. “Ini sangat tidak lumrah, apakah karena Yossi cukup pe-de dengan jaringan yang ada bisa memenangkan mayoritas suara penduduk kota Bandung?,” tanyanya.
Dengan kemajuan teknologi, lanjutnya strategi pemenangan tidak hanya cukup menggalang massa, tetapi juga harus mampu menggalang dukungan dari para awak media. Seringnya nama dan wajahnya muncul di media, masyarakat akan lebih mengenal dan peluang kemenangan akan terbuka.
“Masyarakat kekinian lebih aktif mengakses informasi bahkan berinteraksi di media (sosial). Sehingga kecenderungan media merubah mindset masyarakat sangat tinggi. Di Kota Bandung 92% masyarakatnya telah aware dan terbiasa menggunakan gagdet untuk mengakses informasi dan berinteraksi,” jelas Sekjen Aliansi Wartawan Indonesia Jawa Barat ini.
Dalam kontestasi politik, baik pilkada, pileg maupun pilpres peran media sangat penting. Kandidat citranya bisa positif atau negatif sangat bergantung pada interaksinya dengan awak media. Jika jauh dengan dengan media, jangan berharap citranya akan meningkat, bahkan sebaliknya akan merosot dan terjun bebas seiring pemanfaatan media untuk sosialisasi lawan politik, “para kandidat yang maju dalam kontestasi akan berebut untuk ‘menguasai’ media baik mainstream maupun sosial. Menjadi konyol jika hanya mengandalkan dukungan dan penggalangan massa yang persepsinya sangat rentan dipengaruhi,” tutupnya. (*)