JAKARTA,– Ditemui patrolicyber.com disela kesibukannya, Ketum Yayasan Kerja Indonesia Maju (KYKI) Denny Darjaman Kustia yang akrab dipanggil ‘Bang Ketua’, pengusaha asal Bandung ini mengawali pembicaraan dengan memberikan sanggahan atas banyaknya orang yang mengatakan jika pertumbuhan ekonomi nasional dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi Lesu.
“Ya kita lihat dulu siapa yang mengatakannya. Jika Jokowi-Hatters sah-sah saja, karena mereka memang demikian. Seolah kinerja Presiden Jokowi sejak tahun 2014 tidak ada artinya. Begini ya, jauh sebelum tahun 2014, angka kemiskinan nasional itu mencapai lebih dari 28 juta orang. Tahun 2019 lalu dengan jumlah penduduk sekitar 261 juta, angka kemiskinan menurun hingga tersisa sekitar 25 juta orang. Ini menandakan program infrastruktur dan Dana Desa membuahkan hasil, bahkan dari dana desa terserap sekitar 1,8 juta lapangan kerja,” papar Denny di kantornya, Kawasan Jalan Timo, Duren Tiga, Jakarta Timur.
Ditambahkan, prestasi lain Jokowi adalah dengan adanya pengakuan dari Bank Dunia (World Bank) tahun 2019 yang mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang telah mencapai 5,1 % di tahun 2019.
“Dan tahun 2020, mereka yakin kita akan mencapai minimal 5,2 %. Bank Dunia memahami adanya kondisi perekonomian global yang sedikit hangat akibat ketegangan perdagangan dunia internasional dan berimbas pada melambatnya penggerak pertumbuhan domestik Indonesia. Tahun 2020, saya optimis ketegangan perdagangan internasional akan menurun secara bertahap. Khususnya ketegangan dagang antara USA, China, Rusia, dan lainnya. Di dalam negeri, stabilitas politik Indonesia juga cukup terjaga karena didukung penguatan seluruh pemangku kepentingan bangsa dalam mewujudkan program Pemberdayaan SDM Unggul tahun 2019-2024 sebagaimana dicanangkan presiden Jokowi,” tuturnya kembali.
Sebelum menutup pembicaraan, Denny D. Kustia meyakini bahwa tahun 2020-2024 mendatang, peluang bisnis dalam negeri, mulai dari sektor pariwisata, ekonomi digital, hingga ekonomi kreatif masih terandalkan.
“Presiden Jokowi telah berhasil mengurai dan menghasilkan berbagai insentif di bidang perpajakan sehingga akan membantu sector usaha menghadapi pelambatan ekonomi. Pemerintah di antaranya telah memberikan fasilitas pembebasan pajak dalam waktu tertentu atau tax holilday dan fasilitas pengurangan pajak atau tax allowance. Ini terbukti di tahun 2018-2019 lalu Tax holiday yang diberikan kepada 44 perusahaan sehingga kita mampu profit sekitar Rp 519 triliun.”
“Juga adanya 158 persetujuan fasilitas tax allowance disodorkan kepada 149 wajib pajak dengan penanaman modal, itu pun telah mencapai Rp 258,8 triliun,” tambahnya.
Selain kedua fasilitas pajak tersebut, kata Denny, pemerintah menyiapkan pengurangan pajak dalam jumlah besar atau super deduction tax. Fasilitas akan dinikmati oleh perusahaan yang mendorong pengembangan riset dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Namun, usaha ini tidak akan maksimal jika tidak dibarengi kemudahan perizinan usaha yang selama ini mengganggu pengusaha dan investor.
”Semoga dengan lahirnya mekanisme Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law di bidang perpajakan dan tenaga kerja akan membuahkan banyak hal positif. Tahun 2020-2024, saya yakin Presiden Jokowi akan meningkatkan anggaran infrastruktur kembali bersamaan Pemberdayaan SDM Unggul itu. Karena kita masih banyak pekerjaan rumah akan lemahnya banyak akses konektivitas menuju destinasi wisata. Banyak infrastruktur yang perlu dibenahi, baik terminal, bandara, termasuk runway yang kurang panjang – konektivitas jalan menuju tempat wisata, perbaikan dan pembangunan, dermaga pelabuhan, dan sebagainya,” kata suami dari Catur Dini Prihastuti dan ayah dari 5 Putri serta 2 putra bernama Aesar Grinaldi Darjaman dan Bizar Grivaldi Darjaman dengan nada optimis.
Selama ini, Denny menilai bahwa sektor pariwisata memang andalan penyumbang utama devisa negara. Tahun 2017-2018, devisa dari pariwisata US$ 15,24- 19,29 miliar. Ini sesuai dengan hasil riset World Economic Forum, dimana disebut jika indeks daya saing pariwisata Indonesia memang menunjukkan perbaikan. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dari Januari hingga November 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 16,3 juta dari target 18 juta.
Melihat perkembangan itu, maka pemerintah menjadikan pariwisata sebagai salah satu prioritas utama dalam perolehan devisa pada 2020. Targetnya mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara dengan proyeksi perolehan devisa sebesar US$ 17,6 miliar.
“Tentunya ini akan meminimalkan angka kemiskinan nasional, dan kami bersama teman-teman di YKIM telah melakukan banyak hal untuk ikut serta membangun bangsa bersama pemerintah. Nanti jika bertemu lagi, akan saya sampaikan program apa saja yang dimiliki YKIM di tahun 2020-2024 mendatang,” tutup Denny, yang juga putra dari Laksda TNI (Purn) AA. Kustia, SE, mantan Dubes Luar Biasa Berkuasa Penuh RI untuk China tahun 2001-2005. (PpRief/Rahma)