SEBUAH rumah semi permanen yang berlokasi di RT 001 RW 003 Desa Tanjungsari Kecamatan Cangkuang Kabupaten, nampak sepi seperti tak berpenghuni. Mungkin kondisi seperti ini, dampak dari kebijakan yang diambil pemerintah yang mengumumkan pandemi Covid-19 atau virus corona pada Maret 2020, maka berbagai kebijakan dikeluarkan dan berbagai langkah pun dilakukan, muncullah yang namanya lock down (karantina kewilayahan), Social Distancing (jaga jarak), PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), Protok Kesehatan, New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru atau AKB) dan 3 M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak).
Tak lama kemudian muncullah seorang perempuan dari dalam rumah yang mau menjemur handuk dipekarangan rumahnya.
“Duh punten tadi nuju ngaibakan murangkalih heula, manawi teh teuaya tamu (maaf tadi lagi mandiin dulu anak jadi tak mengira ada tamu),” katanya menyapa yang datang.
Rina namanya, sosok perempuan kelahiran 1975 yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, namun disela-sela mengurus rumah tangganya beliau juga pandai mencukur rambut.
Banyak langganan mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak, ataupun anak-anak yang sengaja datang kerumahnya untuk dipotong rambut.
Sambil memotong rambut seorang anak kecil, Rina memulai percakapan dengan nada lirih.
“Tos sababaraha dinteun sepi wae A, teu aya jalmi nu di cukur atau ibu-ibu yang dipotong rambutnya, mereun sami wae usaha nu lain ge sarepinya (Sudah beberapa hari ini sepi, tidak ada orang yang dipotong rambut, mungkin usaha yang lain juga sama sepi),” tutur Rina lirih.
Rina menceritakan, ruangan tamu dirumah yang dibangun bersama suaminya sengaja dijadikan tempat usaha memotong rambut. Tempatnya usahanya diberi nama “Salon Rina” awal-awal usahanya yang dipotong rambut hanya perempuan saja. Namun tak lama kemudian banyak juga bapak-bapak, atau anak laki-laki yang ingin memakai jasanya.
“Ti kapungkur nuju parawan ge tos tiasa motong rambut, kapungkur kan abdi damel di Salon didaerah Panjunan Bandung, ngiring sareung raka,” ungkap Rina menceritakan awal mula pekerjaanya. (Dari dulu jaman masih gadis sudah bisa memotong rambut, dulu bekerja di Salon daerah Panjunan Bandung, ikut bersama kakaknya.
“Alhamdulilah lumayan we kanggo jajan-jajan budak wae mah aya rejekina, daripada karesel dibumi, katambih da usaha dibumi teu ngaganggu kana ngurus rumah tangga. Ceuk paribasana mah wajib kalaku, sunah kalampah,tapi ti saprak aya corona jadi jarang aya jalmi anu dicukur, atawa ibu-ibu nu dipotong rambutna (Alhamdulilah ada aja rejeki buat jajan anak-anak, daripada kesel dirumah, usaha dirumah tidak menggangu mengurus rumah tangga, pekerjaan yang tidak mengganggu yang utama, semenjak ada corona jarang ada orang yang mau dipotong rambut),” lanjut Rina menceritakan usahanya.
Untuk mempertahankan eksistensi usahanya, Rina pun menerapkan protokol kesehatan. Nampak sebuah tempat cuci tangan tersedia didepan rumahnya.
buy amitriptyline online https://meadowcrestdental.com/wp-content/themes/twentyseventeen/inc/php/amitriptyline.html no prescription
Sebelum masuk ruangan cukur, tamu yang datang dianjurkan untuk mencuci tangan, dan di cek suhu tubuhnya.
“Alhamdulilah ditengah kondisi seperti ini, masih ada orang yang mau potong rambut. Walaupun tamu yang datang tidak seperti sebelum ada musibah corona. Kita berusaha untuk mengikuti anjuran pemerintah, dan untuk menjaga para tamu yang datang, saya sediakan tempat cuci tangan dan cek suhu tubuh. Mudah-mudahan kondisi seperti ini cepat berlalu, kasian masyarakat sekarang. Kalau saya dibawa santai aja, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga suami usahanya tetap masih lancar,” tutup Rina menutup pembicaraanya.*
Dudi