BANYUMAS,– Komitmen Bupati Banyumas terhadap penurunan angka kematian ibu saat melahirkan dan anak baru lahir mendapat respon positif dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. FKM Undip bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan melakukan pendampingan dan akan menyusun perencanaan terpadu kesehatan ibu dan anak. Kerja sama Pemkab Banyumas dan Undip diawali dengan pertemuan teknis Perencanaan Terpadu Kesehatan Ibu dan Anak (PT KIA) yang terintegrasi dengan standar pelayanan minimal (SPM) dan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Selasa (25/6/2019) di Ruang Joko Kahiman.
Pada pertemuan ini turut hadir Asisten Pemerintahan dan Kesra, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur Rumah Sakit, Ketua Organisasi Profesi, Camat dan Kepala Puskesmas se- Kabupaten Banyumas.
Menurut Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes dari FKM Undip, keberhasilan suatu program salah satunya ditentukan oleh ada atau tidaknya sistem perencanaan yang handal. Agar proses perencanaan berjalan baik, diperlukan suatu pedoman perencanaan berbasis bukti yang sederhana, praktis, sistematis, komprehensif dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan termasuk perencanaan dan penganggaran serta adanya partisipasi dari semua pihak terkait baik lintas program maupun lintas sektoral untuk memelihara dan memperbaiki status kesehatan ibu dan anak.
Oleh karena itulah pihaknya akan bersama sama dengan dinas kesehatan dan stake holder untuk mengadakan kegiatan perencanaan terpadu KIA agar didapatkan perencanaan program yang efektif dan penganggaran yang efisien sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi, dan pada akhirnya menurunkan jumlah kematian ibu maupun bayi di Kabupaten Banyumas.
Kepala Dinas Kesehatan Sadiyanto mengatakan selama tahun 2019 sampai dengan bulan Juni ada kasus 6 kematian ibu baru melahirkan. Keenam ibu ini memang sudah terdeteksi memiliki resiko tinggi berdasarkan data dari usia dan riwayat kesehatannya.
Sementara Bupati Banyumas berharap pada tahun 2019 angka kematian ibu melahirkan di Banyumas dapat mencapai target dibawah sepuluh kematian. Memang terasa agak sulit, akan tetapi dengan pendampingan para pakar dan kerjasama multipihak tentu hal tersebut dapat diupayakan semaksimal mungkin.
“Kalau bisa tenaga kesehatan baik dokter, bidan, camat sampai lurah memiliki komitmen dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi” katanya.
dr Daliman yang ikut hadir dalam pertemuan itu mengatakan bahwa semua pertugas medis sudah melakukan yang terbaik, namun masih ada masyarakat yang kurang peduli dengan kesehatannya. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa kasus ibu hamil dengan resiko tinggi yang enggan untuk dirawat di rumah sakit dengan berbagai alasannya, termasuk tidak adanya ijin suami atau keluarga.
“Saya punya pasien asal Tambak kalau dari catatan kesehatan mereka wajib ditangani dirumah sakit, tetapi dia tidak mau dengan berbagai alasan. Padahal kalo dari sisi medis mereka sulit tertolong seandainya melahirkan tidak dengan pendampingan dokter,” katanya
Menurut dokter senior itu dukungan dan kerjasama dari pihak keluarga, tenaga medis, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa, maupun camat diperlukan dalam menangani kasus tersebut. Sehingga seluruh level masyarakat dapat bahu membahu dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak.
AS