JAKARTA,– Film ‘Hanya Manusia’ berkisah tentang seorang perwira muda bernama Annisa (Prisia Nasution) yang tergabung dalam Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, bersama Iptu Aryo (Lian Firman). Annisa lantas ditugaskan mengusut sebuah kasus penculikan.
Konflik dalam film ‘Hanya Manusia’ ini bermula ketika Dinda (Shenina Cinnamon), adik perempuan Annisa, menjadi korban penculikan dalam kasus yang sama. Ternyata, kasus penculikan tersebut menjadi bagian dari aksi kejahatan sebuah sindikat human trafficking (perdagangan manusia).
Film ini mengedepankan humanisme, termasuk psykological Anissa. Apalagi yang menjadi salah satu korbannya adalah Dinda.
Annisa dalam ritme dan rutinitas yang keras itu demikian depresi setelah ditemukan data bahwa korban penculikan adalah perempuan-perempuan muda usia SLTP/SMU, termasuk saat atasan dan rekan sejawatnya mencemooh kinerjanya dalam menguak takbir siapa pelaku dibelakang kasus ini.
Divisi Humas Polri, Sutradara, para pemain dan crew cukup baik menyampaikan pesan betapa menyakitkan dan menyedihkan kasus human trafficking khususnya kepada para korban dan keluarganya. Baik yang diawali dengan penculikan juga yang kemudian dijual dan diperkosa.
Tim kerja berhasil menjadikan film ini sebagai tontonan yang menarik dan sarat multi-pesan kepada publik.
Karakter polisi-polisi muda yang menarik sebagaimana usia mereka menjadi ‘pemanis’ film khususnya yang ada difigur Anissa, Kompol Angga, Aryo, Untung si tukang bengkel, Jamal, Vito, para polisi ganteng dan cantik, hingga para penjahat dan sebagainya.
Anissa yang ditinggal lama oleh bapak ibunya dan harus menghidupi Dinda ini menjadi polisi wanita bidang Reskrim yang cerdas dan tahu bagaimana menyelesaikan kasus.
Human trafficking di bangsa dan negara besar ini bukan dongeng belaka. Dia ada diantara kehidupan kita. Dan baru kita sadar saat itu terjadi kepada kita dan orang orang yang kita cintai.
Anissa cukup mewakili perasaan kita itu, ditambah dengan setting lokasi shooting dan karakter para semua pemeran film tanpa terkecuali. Apalagi saat 3 orang pedemouan muda korban penculikan dipaksa ‘bugil didepan ‘buaya darat. Tidak terbayangjan jika mereka adalah anak anak atau adik adik kandung kita.
Anissa harus obyektif dan menjaga rasa antara penegak hukum dan seorang kakak dari seorang adik korban human traficking.
Film ini juga mengajak peran dan parfisipasi publik membantu polisi memberantas kejahatan. Kontribusi informasi dan partisipasi masyarakat adalah semangat membasmi human traficking, karena itu bukanlah milik Anissa dan teman-temannya saja.
Apapun Film ‘Hanyalah Manusia’ telah mewarnai film nasional di penghujung tahun 2019. Ini sekaligus sebagai obat penawar untuk Polri yang saat ini sedang ‘babak belur digebuki’ penganut paham tadikal. (PapaRief/RL)