KAB. BANDUNG,- Presiden terpilih nanti harus berani merubah pendidikan, khusunya keberadaan ”guru borongan” 7 mata pelajaran sekaligus, seperti Bahasa Indonesia, Muatan Lokal (Mulok), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Pendidikan Kewaganegaraan (PKN) Matematika, dan Seni Budaya.
Menurut Riz, Mantan Kasubag TU UPT Kecamatan Kab. Bandung, Jumat (21/6/2019), dalam Tesis S2 (MM) perguruan tinggi IKOPIN tema guru professional disebutkan bahwa pengaruh kopetensi profesional guru terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SD moderasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) nyatanya setelah diteliti di berbagai sekolah di Kab. Bandung, hasil matematika rendah itu karena guru sistem borongan. Dimana satu guru harus memahami tujuh mata pelajaran.
“Hal itu, di era keterbukaan ini tidak relevan,” katanya.
buy furosemide online https://www.eastpeoriadental.com/wp-content/maintenance/assets/fonts/woff/furosemide.html no prescription
Riz memaparkan, sebagai solusi agar prestasi belajar matematika peserta didik lebih baik, kepala sekolah harus mengadakan rapat musyawarah dengan pihak terkait dan mengusulkan konsep membangun kopetensi guru supaya pemerintah yang baru terpilh nanti menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan guru matematika, serta harus berpijak pada prinsip profesionalitas, yakni satu pelajaran oleh seorang guru atau One Subject By One Teachers (OSBOT).
Lalu, hasil musyawarah dicatat dalam berita acara guna disampaikan kepada pemerintah untuk mendapatakan pengesahan secara formal.
“Jika hal tersebut dilaksanakan pemerintah, yaitu satu orang guru satu mata pelajaran, niscaya pendidikan Indonesia meningkat, serta isu impor guru tidak perlu lagi,” beber Riz.
Sementara J, salah seorang guru SDN yang meminta namanya diinisalkan mengatakan, jika guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) satu guru satu materi pelajaran, itu lebih baik dan bakal lebih fokus.
“Saya pun setuju dengan sistem OSBOT,” ungkapnya. []
A56