JAKARTA,– “Coding adalah tentang menerjemahkan logika ke dalam bahasa pemrograman komputer. Pelakunya disebut coder atau programer. Tentu menjadi asing bagi awam. Namun bagi mahasiswa atau seorang profesional yang menekuni bidang IT, itu biasa. Sepertinya Indonesia tengah darurat coder, atau sederhananya tenaga profesional di bidang programmer. Kalau pun pemerintah dan swasta tengah berkonsentrasi terhadap pembentukan star-up, tapi kita belum maksimal, masih gagap, slow down, masih jauh dari harapan. Sedangkan Presiden Jokowi mencanangkan SDM Unggul, juga di Kemendikbud. Maka diperlukan revolusi Menteri Nadiem di Kemendikbud,” papar Indra Charismiadji, praktisi dan pemerhati pendidikan nasional saat dihubungi melalui selulernya Kamis (21/11).
Indra menambahkan, kita perlu mencontoh Pemerintah Singapore yang melalui Kemeninfo dan Kemendiknasnya bersinerji mewajibkan pelajaran IT atau coding ini dibangku sekolah dasar sejak tahu 2014. Itu sebagai mata pelajaran opsional guna mengenalkan cara berpikir komputasional yang merupakan dasar dari coding.
“Tahap awal mereka mengajarkan knowledge coding, jenjang berikutnya pembelajaran tentang artificial intelligence (AI) kemudian tentang keamanan siber (cyber security). Ini satu upaya menjawab tantangan jaman, revolusi diknas Singapore ya, mereka well prepare ya. Lalu kenapa harus malu mencontoh,” ujar Indra, yang juga Direktur Eksekutif Cerdas (Center for Education Regulations & Development Analysis).
“Menteri Nadiem sebelum menjadi Menteri adalah owner Gojek, dia memang bukan coder, beliau visioner, tapi melalui dialah banyak memperkerjakan coder, tuntutannya memang demikian. Memang belum ada data pasti berapa jumlah startup di Indonesia, tapi saya yakini lebih dari ribuan. Jika pun setiap starup itu mampu memperkerjakan puluhan coder, itupun belum sebanding dengan jumlah mahasiswa lulusan IT yang setiap tahun pun jumlahnya ribuan orang. Mungkin ini yang kita sebut dengan Indonesia darurat coder atau sebaliknya sesuai perjalanan waktu starup akan bangkit pesat di tahu 2019-2024 mendatang,” tambahnya.
“Kemudian pertanyaannya, sudahkah kita mampu menyediakan coder yang handal? Takutnya kita belum mampu ,maka akan banyak coder asing yang dipakai. Program presiden Jokowi tentang Pemberdayaan SDM Unggul harus terimplemantasikan dengan baik, dan Menteri Nadiem mampu untuk itu, bersinerji dengan kemenkominfo, kemnakertrans, kadin, dan Bappenas melakukan revolusi diknas.”
Indra menambahkan, Dr. Ilham Habibie dan Mendikbud Nadiem Makarim sejak jauh hari demikian concern atas hal ini. Mereka mengatakan bahwa belajar coding bukan menyiapkan anak menjadi seorang programmer handal melainkan menyiapkan soft skills, memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi dengan menggunakan teknologi sebagai alat bantu.
“Jadi, pelajaran coding adalah kemampuan berpikirnya. Secara kurikulum Indonesia sudah mempunyai mata pelajaran coding, kalau pun kemendikbud lebih senang menyebut coding ini dengan Informatika, sebagaimana diatur dalam Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) nomor 35, 36, dan 37 tahun 2018. Permendikbud ini lahir dengan perjalanan panjang, upaya keras saya dan teman teman dari Asosiasi Guru TIK, para tokoh IT dan pakar pendidikan, serta dorongan dari Kementrian Kominfo lalu. Prosesnya butuh 5 tahun sampai muncul Permendikbud ini.”
“Namun, walaupun sudah keluar aturannya sejak tahun lalu, implementasi di sekolah masih minim sekali. Kenapa demikian? Karena Kemdikbud tidak pernah mensosialisasikan mata pelajaran baru ini ke pemerintah daerah. Ditambah tidak ada pelatihan dari Kemdikbud sama sekali. Saya dan teman teman selama ini melakukan pelatihan2an utk para guru tanpa dukungan dari pemerintah sama sekali. Dalam arti kami ber-swadaya saja, patungan. Ini kami lakukan hanya karena kepedulian kepada masa depan bangsa,” katanya lagi.
Indra berharap implementasi mata pelajaran informatika/coding ini dapat menjadi prioritas Kemdikbud di tahun 2019-2024. “Dan, saya siap membantu Menteri Nadiem mensosialikasikan hal ini ke seluruh daerah sampai dengan menyiapkan para guru baik untuk bahan ajarnya maupun pelatihannya. Secara resmi keberhasilan pelatihan guru-guru ini sudah dilaporkan ke Direktorat Jendral Dikdasmen. Ini tinggal duplikasi saja ke seluruh Indonesia. Dan menariknya saya mampu melatih guru BK, guru matematika, guru Bahas Inggris, dan lain-lain untuk mengajar coding. Tidak harus yang latar belakangnya computer,” jelasnya.
“Untuk bingkai bangsa dan negara besar ini, mewujudkan pemberdayaan SDM Unggul dibidang pendidikan tahun 2019-2024 kami siap membantu Menteri Nadiem Revolusi Diknas,” tutur Indra.
Ditanya apakah dirinya siap menjadi Wamendikbud. Ia lantang menjawab “Siap” (PpRief/Rahma)