BANDUNG, — Kolaborasi warga Kota Bandung dalam melawan pandemi Covid-19 tak perlu diragukan lagi. Berbagai kelompok masyarakat berlomba saling mengulurkan bantuan sosial.
Tanpa terkecuali yang dilakukan oleh komunitas tionghoa.
Komunitas warga keturunan Tionghoa ini lantas berhimpun dalam sebuah wadah besar bernama Masyarakat Tionghoa Peduli.
Sejak Maret 2020 lalu terdata lebih dari 600 kali menyalurkan bantuan yang juga menyasar masyarakat umum di luar komunitas Tionghoa.
“Di awal pandemi 12 bulan lalu kita melihat keadaan sangat parah. Termasuk warga yang terdampak oleh pandemi. Kita kerjasama dengan TNI, Polri maupun Pemerintah Kota Bandung,” ucap Herman Wijaya, Ketua Yayasan Sosial Dana Priangan (YSDP), mewakili Masyarakat Tionghoa Peduli, Senin (15/3/ 2021).
Herman menuturkan, hampir setiap pekannya Masyarakat Peduli Tionghoa menyelenggarakan beragam kegiatan bakti sosial atau pun pemberian bantuan. Terutama saat awal-awal pandemi yang memberikan dampak secara signifikan.
Saat ini, Masyarakat Tionghoa Peduli rutin memberikan bantuan berupa sembako. Selebihnya, Masyarakat Tionghoa Peduli juga memberikan bantuan berupa kebutuhan yang berkaitan dengan keperluan medis atau kesehatan.
“Ditambah berbagai vitamin, APD buat tenaga medis juga petugas di lapangan baik TNI atau Polri. Apalagi saat di awal-awal itu APD sangat langka. Kita legkapi masker, sarung tangan dan segala macam agar mereka tidak rentan terpapar,” ujarnya.
Selain masyarakat umum dan petugas, Herman mengungkapkan bantuan Masyarakat Tionghoa Peduli juga menyasar sejumlah pondok pesantren yang mengurus anak yatim.
“Kemudian ke pesantren-pesantren yang memang menampung anak yatim sehingga mereka tidak bisa pulang. Kita mengerti yang dihadapi mereka berat sekali bebannya,” tuturnya.
Perlu diketahui, Masyarakat Tionghoa Peduli merupakan gabungan dari enam komunitas tionghoa. Baik itu berbentuk yayasan, paguyuban dan organisasi berbasis keturunan tionghoa lainnya.
Herman mengakui, masyarakat Tionghoa juga tak luput terkenda dampak pandemi Covid-19. Khususnya di bidang ekonomi.
Beberapa di antaranya pun terpaksa mengambil beragam langkah sulit untuk bisa bertahan dan memulai kembali bangkit.
“Banyak dari paguyuban dan yayasan-yayasan ini ekonominya susah. Pekerjaan kurang dan ada yang terpaksa harus PHK karyawannya,” ungkapnya.
Meski begitu, Herman beserta Masyarakat Tionghhoa Peduli sudah berkomitmen bahwa kolaborasi merupakan langkah ampuh untuk penanganan terhadap Covid-19. Harapannya, langkah Masyarakat Tionghoa Peduli bisa menginspirasi pihak lainnya untuk bersama-sama melawan Covid-19.
“Ini mudah-mudahan bisa jadi contoh komunitas swasta lainnya membantu pemerintah. Mudah-mudahan covid-19 cepat berlalu dan ekonomi kembali,” harap Herman. **