Oleh: Solehudin Ramdan
Mudir MTs PERSIS 23 Cireungit
Bagian 1
Asal Mula Nama Cireungit
TERLETAK di Desa Tanjungsari, Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat Kampung Cireungit dahulunya pernah dijuluki sebagai ‘Kampung Santri‘. Sebelum membahas kenapa kampung Cireungit di sebut kampung santri kita akan bahas dulu asal mula nama Cireungit.
Nama Cireungit berasal dari dua akar kata yaitu Ci yang berarti Cai dan Reungit yang memiliki dua arti yakni. Pertama Reungit dalam artian seekor binatang kecil yang suka menggigit dalam bahasa Indonesia disebut nyamuk, yang kedua Reungit bisa berarti nama pepohonan, konon katanya pada tahun 1800 an, di sekitar kampung Cireungit banyak tumbuh pepohonan yang memiliki khasiat yang sangat luar biasa.
Yakni daun dari pohon tersebut berfungsi sebagai obat balur ketika gatal, dan baunya sangatlah harum sekali pohon tersebut namanya pohon Reungit, waktu itu masyarakat kampung Cireungit tidak banyak yang tahu akan khasiat pohon tersebut.
Ketika tentara Belanda mengetahui akan khasiat keistimewaan pohon tersebut kemudian mereka menebangnya sampai tak tersisa satu pun, dan sebagian di bawa ke negara Belanda oleh para tentara tersebut untuk di tanam di negaranya.
Setelah tentara Belanda menebang pohon tersebut warga masyarakat Cireungit baru menyadari akan manfaat dan khasiat Pohon Reungit tersebut, kemudia para tetua atau tokoh masyarakat kampung Cireungit berusaha menanam kembali pohon tersebut akan tetapi tidak ada satupun yang berhasil dan tumbuh kembali, akhirnya untuk mengenang hal tersebut para tetua dan masyarakat sekitar menamai daerah tersebut dengan sebutan kampung Cireungit.
Kampung Cireungit pada awalnya hanya terdiri dari satu RW dahulu namanya RK ( Rukun Keluarga). Seiring bertambahnya jumlah Penduduk dan terisinya lahan-lahan tanah kosong baik tanah sawah ataupun tanah darat sekarang kampung Cirengit terdiri dari 5 RW yakni, RW 01, 02, 03, 09 dan RW 10.
Kampung Cireungit Sebagai Kampung Santri
Pada awal abad 20, sekitar tahun 1920 kampung Cireungit Kecamatan Cangkuang dahulunya Kecamatan Banjaran terdapat kelompok-kelompok kecil pengajian di Surau (Tajug) yang sekarang namanya Masjid Al Amanah, Masjid tersebut pada awalnya ditokohi seorang ulama yang bernama KH. Ma’mun yang terkenal dengan nama Ajengan Cireungit atau oleh orang Cireungit sering di sebut Mama Ajeungan Ma’mun.
Pada saat itu Kampung Cireungit dikenal sebagai kampung santri. Para santrinya kebanyakan berusia muda. Mereka mengaji kitab-kitab madzhab Imam Syafi’i dengan menggunakan metode sorogan atau bandongan. Kitab yang dikaji seperti kitab Safinah dan kitab Fathul Mu’in.
Ketokohan Ajengan Cireungit sangat melekat erat dalam kehidupan masyarakat. Segala persoalan yang dialami masyarakat selalu ditumpahkan kepada beliau sebagai sumber solusi. Perkataan beliau pun menjadi acuan dan rujukan pertama masyarakat kampong Cireungit Khususnya dan daerah Banjaran pada umumnya.
Seperti apa ketokohan Mama Ajengan Ma’mun dan pengaruhnya menerangi kampung Cirengit serta bagaimana interaksi dengan para tokoh PERSIS di Cirengit, kita lanjutkan bagian berikutnya. **