JAKARTA,– Perjalanan rencana acara Budaya Papua, Papua Barat awalnya direncanakan dilaksanakan di Lapangan Banteng Jakarta Sabtu hingga Minggu tanggal 05-06 Oktober 2019. Namun dengan berbagai pertimbangan khususnya karena situasi belum kondusif di Jakarta maka dilaksanakan kemudian hari Sabtu, tangga 26 Oktober 2019.
Acara Budaya Papua-Papua Barat tersebut diselenggarakan Badan Musyawarah Papua-Papua Barat (Bamus-Papabar ) di Jalan Kerja Bakti RT 01/02 No. 15 Kel. Makasar, Kec. Makasar, Jakarta Timur.
Adapun sebagai Ketua Badan Musyawarah Papua-Papua Barat (Bamus – Papabar) adalah : Willem Frans Ansanay S.Th. SH. M.Si. kelahiran Numfor 19 Juni1963, beragama Kristen dan sebagai Dosen.
Kepada media, Willem mengatakan, awalnya acara ini akan dihadiri oleh Menkopolhukam RI Dr. Wiranto, Forkompinda DKI Jakarta, Freddy Numberry (tokoh papua) dan sekitar 2500 masyarakat Papua yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
“Dalam pelaksanaan acara Budaya Papua-Papua Barat tersebut juga akan dilaksanakan acara adat Bakar Batu sepanjang 25 meter sebagai simbol kebersamaan dan perdamaian, serta beberapa giat lainnya,” ungkapnya.
Ditambahkan Willem, kemunduran acara ini telah disepakati semua pihak, khususnya pada 3 Oktober 2019, setelah dilaksanakan pertemuan dengan Menkopolhukam RI (saat itu) Wiranto, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono dan pihak terkait yang intinya acara dimundurkan tanggal 26 Oktober 2019.
“Hari ini, Sabtu (26/10/2019), ribuan warga Papua dan Papua Barat telah memadati Lapangan Banteng dan mengikuti semua rangkaian acara dengan tertib. Tradisi Bakar Batu, adalah simbol pengikat kebersamaan. Tradisi ini merupakan acara sakral yang masih berlangsung hingga kini. Pesta bakar batu dianggap sebagai simbol kebersamaan dan persatuan warga Papua dan Papua Barat,” jelasnya.
Tradisi bakar batu sendiri merupakan ritual memasak bersama yang bertujuan untuk memanjatkan rasa syukur, bersilaturahim dengan keluarga dan kerabat, menyambut kabar bahagia, atau mengumpulkan prajurit untuk berperang.
Bakar batu kali ini sepanjang 25 meter mungkin selayaknya mendapat rekor dunia. Tradisi Bakar Batu umumnya dilakukan oleh suku pedalaman atau pegunungan, seperti di Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, dan Yahukimo.
Usai bakar batu mereka kembaki ke panggung utama, berdoa, bernyanyi, bersenda-gurau sebagaimana kebiasaan mereka. “Ada Damai selalu dihati warga Papua-Papua Barat, dan anda dapat saksikan benar adanya malam ini. Semoga Jokowi tidak pernah lelah membangun Papua-Papua Barat khususnya Pemberdayaan SDM di Nawacita jilid-II th.2019-2024 mendatang. “, kata Apen-39 thn kelahiran Gn.Puncak,salah satu hadirin saat ditanya
Diantara acara ini juga dilakukan IKRAR Keutuhan Bangsa, antara lain:
Kami putra-putri bangsa Indonesia yang cinta kepada NKRI dan tergabung dalam IKRAR keutuhan bangsa yang terdiri dari berbagai element masyarakat Papua-Papua Barat tetap setia kepada NKRI.
Willem Frans Ansanay menambahkan, doa bersamasebagai bentuk rasa Syukur kepada Tuhan atas dilantiknya Ir. H. Joko Widodo dan KH. Ma’Ruf Amin sebagai presiden dan wakil Presiden terpilih Periode 2019-2024.
Hal lain doa dan Ikrar ini bertujuan:
1. Wujud keiginan untuk merajut kembali keutuhan bangsa dan mari kita bersama-sama menundukan kepala meminta kepada tuhan selalu melindungi seluruh bangsa dan Negara Indonesia dari Sabang Sampe Merauke.
2. Menjaga kebersamaan Masyarakat Papua terutama yang berada di wilayah DKI dan menjalin silahturami antara sesama anak bangsa di DKI secara keseluruhan.
“Bakar batu dan rangkaian acara malam ini semakin meyakinkan kita semua bahwa tidak ada kata ‘Referendum untuk Papua-Papua Barat, karena NKRI adalah harga mati! GBU. Amin,” pungkasnya. (PapaRief)