Oleh: Adam Irham
AMPI memiliki nama besar dan perjalanan panjang dalam pengkaderan Partai Golkar. Dalam kancah kepemudaan di Indonesia, AMPI selalu diperhitungkan eksistensinya baik secara militansi dan juga proses regenerasi.
Banyak tokoh dan pemimpin nasional yang lahir dari AMPI, seperti Akbar Tanjung, Agung Laksono, Siti Nurbaya, Dave Laksono dan tentunya masih banyak lagi.
Mengenang saat pelantikan di Gedung Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Februari 2017 lalu, total kepengurusan DPP AMPI kurang lebih berjumlah 400an orang. Suasana di gedung pelantikan pun padat dan sangat ramai.
Acara yang disuguhkan begitu meriah nuansa biru kuning millenial sangat melekat, dihadiri Ketum dan para petinggi partai Golkar saat itu, dan dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Imam Nachrawi. Sebuah event yang mengesankan dan kreatif anak muda dalam menghadirkan acara pelantikan organisasi kepemudaan yang monumental.
Hari ini, bila boleh jujur agak miris melihat kondisi AMPI kekinian, jauh dari yang diharapkan dan yang dicita-citakan. Bermula dari Surat Keputusan (SK) susunan Pengurus DPP AMPI yang ‘disembunyikan’ sebagian besar pengurus termasuk saya mulai dari pelantikan sampai dipenghujung periode tidak pernah melihat apalagi memegang SK tsb, entah apa maksud dan tujuannya, SK Pengurus DPP AMPI tidak diberikan kepada seluruh pengurus, atau setidaknya di publish agar muncul kebanggaan menjadi pengurus DPP AMPI di ketahui oleh khalayak ramai.
Idealnya sebagaimana umumnya organisasi, paska dilantik, maka sesegera mungkin secepatnya melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) untuk menghimpun ide dan gagasan bersama memajukan AMPI dengan program-program yang make sense untuk dilaksanakan. Tetapi Rakernas AMPI bisa dilaksanakan November 2019, hampir dua tahun setelah pelantikan, sungguh waktu yang lama bagi organisasi besar melaksanakan rapat kerja Nasional.
Sejatinya pimpinan menggerakkan seluruh pengurus, agar bergerak dan pro aktif menghidupkan dan menjalankan roda organisasi, membuka ruang-ruang organisasi dengan rutin melaksanakan rapat harian, rapat ketua-ketua bidang, rapat pleno atau rapat terbatas dll untuk mendeteksi mengapa pengurus pada lesu dan tidak bersemangat bahkan tidak sedikit yang hilang (tidak aktif) bagaimana mungkin membesarkan organisasi bila pengurus didalamnya berlarian keluar, tidak ada sense of belonging.
Hasil dari persoalan diatas mengakibatkan, pengurus AMPI yang berkurang drastis di bandingkan saat pelantikan, Program kerja perbidang yang sebagian besar tidak terlaksana. Kartu anggota AMPI tidak ada selama periode ini. Hal ini tentu menjadi catatan penting bahwa peran AMPI sebagai organisasi kader tidak berfungsi, kerja untuk menjaring, mengajak dan merekrut pemuda untuk menjadi kader atau setidaknya manjadi konstituen Golkar tidak berjalan.
Cahaya AMPI yang semulanya terang benderang perlahan mulai meredup, kita berdoa dan berharap jangan sampai gelap tidak bersinar.
Sekelumit bercerita tentangkeaktifan pengurus DPP AMPI sebelumnya, dibawah kepemimpinan Bung Dave, AMPI rescue terjun langsung kemasyarakat yg tertimpa musibah se Indonesia sangat aktif ketika itu. Kartini AMPI yang begitu aktif dengan issue gender dan pemberdayaan wanita, serta tercetaknya kartu anggota AMPI menjadi identitas dan kebanggan pengurus dan anggota saat itu dan lain sebagainya.
Teruntuk kawan-kawan AMPI se Indonesia khususnya pimpinan DPD 1 mari kita putuskan mata rantai menuju kegelapan ini, dengan memilih sosok baru Ketua Umum yang lebih handal dalam menjalani roda organisasi, mengerti dan peduli dengan arah dan cita-cita organisasi yaitu Mengkader dan merekrut sebanyak-banyaknya pemuda Indonesia sebagai aset Golkar dimasa depan, dengan cara menjalankan program kerja, mengaktifkan dan melibatkan pengurus terjun langsung ke masyarakat terutama Pemuda, AMPI bukan hanya kebanggaan Golkar tetapi juga kebanggaan rakyat Indonesia.
Penulis adalah Calon Ketua Umum DPP AMPI