BANDUNG – Milk Treatment Koperasi Pengolahan Susu Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan setelah penutupan 5 titik lubang yang diduga penyebab timbulnya limbah pengolahan susu mencemari selokan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bandung pada Rabu lalu (15/7-2020), segera membenahi kondisi itu sesuai anjurannya.
Pembenahan, kata Manajer Produksi MT KPBS Pangalengan Rahmat Dudu, sebelum penutupan itu, DLH Kab. Bandung inspeksi mendadak dulu Selasa (7/7-2020) dibarengi masukan agar melakukan beberapa perbaikan, khususnya di placing pencucian tangki mobil pengangkut susu.
Saat itu, katanya, Kasi DLH Penaatan Kab. Bandung Robby menyarankan agar sisa pencucian tangki jangan langsung dibuang ke sungai. “Tampunglah dulu, “ucap Robi.
Begitu anjuran itu disampaikan, kata Rahmat, ia segera melaksanakannya. “Namun, begitu mulai pembenahan, muncul pemberitaan yang menyudutkan KPBS ada pembuangan oli. Padahal disini enggak ada bengkel. Malah kita juga disebut-sebut tidak ada kompensasi kepada warga dan ke lingkungan,” ucap Rahmat, Sabtu (18/7-2020).
Di lain pihak salah seorang warga kampung Sidamukti RT 08 RW 04, Ny. Cucu mengaku daerahnya juga dilewati aliran selokan yang airnya dari pasar, KPBS dan air drainase warga.
“Tentu saja, akibat terlewati selokan itu, apalagi rumah ibunya di RT 01 dekat selokan itu yang tanahnya terkikis air selokan, otomatis bau tak sedap dirasakan warga,” ucap Ny. Cucu.
Ia menegaskan, aroma bau menyengat itu merupakan campuran buangan dari cucian tangki KPBS karena di selokan itu menyatu dengan aliran dari pasar dan air kotor rumah warga. “Apalagi saat ini musim kemarau, banyak sampah mampet. Jadi baunya tercium. Air susu buangan itu pecah dan basi, kata Ny. Cucu.
Ia menambahkan, KPBS banyak membantu warga RW 04 dan lingkungan. Terasalah oleh warga khususnya warga RT 01 yang paling banyak dibantu. “Warga disumbang air dari mata air di tanah milik KPBS dan bahkan dibuatkan MCK,” katanya.*