JAKARTA,– Sosok perempuan dalam segala aktifitas, profesi dan komunitasnya kadang masih dipandang sebelah mata. Perempuan masih dianggap sebagai aksesoris. Apa memang demikian?, senagaja kali ini kami tayangkan dua orang narasumber untuk menjawab hal diatas.
Prof. Dr. Sri Adiningsih, Msc, Ketua Watimpres RI: “Tipikal Perempuan Indonesia Maju”
Indonesia saat ini sedang berkembang, maka dalam memaksimalkan itu diharapkan semua elemen bangsa ikut mendukungnya dengan susana damai, nyaman dan kondusif tanpa mengurangi hak kritis obyektif dan positif, termasuk atas peran para perempuan Indonesia dalam segal bidang dan profesi. Dimana mempunyai kesamaan pandangan dalam satu tujuan terselenggaranya pemerintahan Indonesia Maju sebagaimana tertuang dalam visi misi yang kemudian menjadi RPJMN untuk dilaksanakan dengan baik oleh stake-holder, yaitu: pemerintah pusat, legislatif, eksekutif, yudikatif, utusan daerah (DPD-RI), pemda, parpol dan private sector.
“Peran perempuan Indonesia hingga saat ini sudah baik. Mereka tersebar di eksekutif, legislatif , yudikatif, private sector, dan sebagainya, termasuk sudah ada perempuan yang menjadi presiden, wakil presiden, legislatif, ketum parpol, menko perempuan, menteri kabinet, kepala daerah, BUMN/D, bisnis-women, pendidik, pekerja media (pers), dan sebagainya, kalau pun masih perlu ditingkatkan persentase jumlahnya. Karena jumlah penduduk perempuan pun sama besarnya dengan laki laki,” jelas Sri Adiningsih.
“Saya merasa bangga atas hal itu. Banyak perempuan yang berjasa bagi bangsa dan negara besar ini, sejak pre-kemerdekaan hingga saat ini. Dan dalam mendukung program pemberdayaan SDM di tahun 2019-2024 mendatang, hendaknya para perempuan desa jangan lagi malu untuk berkreasi. Tentunya semua ini sesuai dengan aturan, hukum, norma dan kepantasannya sebagai perempuan istri dan ibu dari anak-anaknya.”
“Indonesia masih mengharapkan kontribusi aktif perempuan Indonesia Maju tahun 2019-2024. Terus berkreasi dan inovatif tanpa melupakan kodratnya. Perempuan bukan hanya sekedar aksesoris. Kini mereka telah tampil dengan dahsyatnya, kita tunggu lagi kemunculan mereka. Yang terakhir, salam untuk perempuan-perempuan hebat Indonesia Maju,” pungkasnya.
Roxana R. ‘Riry’ Silalahi, Marcom Mgr Casio Singapore PTE LTD Jakarta Rep Office : “Jangan Cepat Menyerah Dan Puas Diri”
Dalam era keseteraan gender, banyak perempuan Indonesia yang kemudian bekerja dengan ‘high risk kekerasan kriminal, terutama perempuan pekerja malam (buruh pabrik/garmen, dan sebagainya) bagaimana menurut Anda?
“Tuntutan masa kini memang seringkali memaksa perempuan untuk mengambil shift malam atau bekerja hingga malam hari. Hal ini tidak ideal, selain karena mengganggu kesehatan, namun juga berbahaya. Sebaiknya, perusahaan bisa memenuhi Keputusan Menteri Kep. No.224/men/2003 pasal 2 yaitu menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat/pulang kerja di antara pukul 23.00 hingga 05.00,” kata dia.
Data KPAI tahun 2018 lalu, kekerasan kepada anak-anak usia sekolah banyak dilakukan oleh guru dan kepseknya sendiri, pendapat Anda?
“Pendidikan dan proses belajar adalah dua hal yang merupakan hak warga negara, dan ketika hak tersebut dilanggar dengan ketidaknyamanan bahkan bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga pengajar dan pendidik, tentunya harus diberikan tindakan sekeras-kerasnya. Pengawasan dan tindakan dari pemerintah sangat dibutuhkan di sini. Untuk menghindarinya, orangtua dan guru-guru harus membangun kedekatan dan hubungan yang sangat baik, sehingga ketika ada masalah ataupun calon masalah, bisa segera ditindaklanjuti,” paparnya.
Kebutuhan usia millenial kadang ‘high cost’, sehingga banyak membuat orang tua yang klas midle down depresi. Bagaimana menyiasatinya?
“Saya tumbuh di keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Ketika semua teman-teman saya punya uang jajan 100 rupiah per hari, saya hanya mendapat 50 rupiah per minggu. Setiap hari saya diberi bekal supaya tidak lapar oleh ibu saya. Saya sangat menghargai pemberian orangtua saya yang saya tahu sangat menyayangi saya dan memberi apa yang mereka bisa, dan mereka rasa baik untuk saya. Saya rasa penjelasan dan kedekatan antara orangtua dan anak adalah kuncinya. Jika anak, jelas merasa disayang dengan pelukan, perhatian, nasihat dan penjelasan yang baik, materi tidak akan menjadi sesuatu yang harus dipenuhi orangtua demi si anak bisa ‘sama’ dengan teman-temannya,” jawab Riry.
Sejauh apa Casio memberikan kesejahtraan untuk pegawai perempuannya?
“Casio sangat memperhatikan kesejahteraan untuk pegawai perempuan. Jika kami terpaksa pulang di atas jam 9 malam, maka disediakan pengantaran ke rumah. Jika ada pekerjaan yang memaksa kami tinggal di kantor atau lokasi acara hingga terlalu larut malam, di atas jam 12 malam, kami dipersilakan untuk membuka penginapan sederhana untuk meminimalisir kemungkinan kejahatan,” timpalnya.
Apakah Casio ada membuat semacam short course untuk pemberdayaan perempuan usia muda?
“Casio di Indonesia berfokus kepada peningkatan awareness pelanggan Indonesia terhadap produk-produk kami, juga atas penjualan. Kami ingin setiap pelanggan kami memiliki pengetahuan yang baik terhadap produk kami, sehingga ketika terjadi pembelian, pelanggan bisa mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya,” jelas Riry.
Dalam era teknologi, sosial media (Ig, Fb, Youtube, WA, dan sebagainya) demikian memegang peran penting termasuk dalam memasarkan satu produk (new business) maupun pemeliharaan pelanggan (old business/quality service), bagaimana untuk Casio khususnya untuk mensupport penjualan G-shock 140?
“Casio sangat mengerti perkembangan dunia digital, dan digital marketing tentunya memiliki peranan penting dalam mensosialisasikan produk-produk kami. Namun demikian, kami juga mengerti bahwa pemeliharaan pelanggan juga sangat penting. Maka dari itu kami melatih semua staf kami di toko supaya bisa memberikan pelayanan terbaik bagi semua pelanggan kami, dan kami juga memastikan bahwa pelanggan bisa memiliki informasi terbaik dan secepatnya dari media sosial yang kami kembangkan,” jelasnya.
“Dalam segala aktivitas, hendaknya perempuan Indonesia jangan cepat menyerah dan cepat puas diri. “Be Best, Be Stronger!” pungkas Riry.
Dari dua pernyataan-pernyataan perempuan dahsyat diatas, tersirat pesan bahwa Indonesia sesungguhnya banyak memiliki perempuan-perempuan dahsyat dalam rutinitas dan profesinya. Yang profesional, inovatif, kreatif dan cerdas tanpa harus mengurangi kodrat dan norma yang ada. Dan Indonesia masih membutuhkan banyak lagi perempuan perempuan seperti mereka. ‘How about you!? (PpRief/Rahma)