BANDUNG,- Upaya membangun koperasi yang mandiri dan berdaya saing, Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Wilayah Jawa Barat menggelar Focus Group Discussion dengan mengusung tema ‘Melalui Transformasi Inovasi Kita Wujudkan Kemandirian Koperasi’ di Gedung Senbik, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Selasa (22/8/2023).
FGD ini merupakan rangkaian kegiatan jelang puncak peringatan Hari Koperasi ke-76 Tahun 2023 tingkat Jawa Barat.
Moderator FGD, Ida Hindarsah, sekaligus selaku divisi Informasi dan Kejasama Dekopinwil Jabar menyampaikan, perkembangan koperasi di Indonesia secara kuantitas memang banyak, namun faktanya banyak yang gagal atau gugur, sebanyak hampir 50 persen.
“Hampir 50 persen (gagal), dan itu bisa dibuktikan dengan data (jumlah) koperasi yang aktif,” ujarnya.
Atas dasar itulah, lanjut Ida, FGD ini digelar sesuai dengan tema yang diusung. Bagaimana caranya meningkatkan koperasi yang mandiri dan berdaya saing, salah satunya dengan melakukan inovasi.
“Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dan keberadaan koperasi menjadi Soko guru ekonomi nasional bahkan internasional,” ungkapnya.
Inovasi dalam koperasi, menurutnya, doing new things, melakukan dan mendapatkan sesuatu yang baru. “Bisa dari proses nya, bisa dari produknya dan bisa dari menejerial nya,” kata Ida.
“Artinya, melalui transformasi (inovasi) ini koperasi bis lebih mandiri. Untuk itu kami mengundang dua narasumber dari unsur akademisi dan praktisi koperasi,” sambungnya.
Hadir sebagai narasumber FGD, Rektor IKOPIN University, Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, mengatakan, dunia sudah berubah maka cara untuk menyesuaikan diri dengan perubahan itu adalah inovasi.
“Tadi saya sampaikan, inovasi yang pertama itu adalah perlunya iklim kebijakan politik dan ekonomi suportif terhadap koperasi,” ungkapnya.
Dirinya melihat, koperasi itu bisa diartikan sebagai hak konstitusional dari warga negara Indonesia. Oleh karena itu, kata Prof Agus, bila perspektif ini kita kembangkan kita bisa mencontoh seperti negara Jerman.
“Di Jerman itu, satu dari dua orang angkatan kerja nya itu anggota koperasi. Satu dari empat orang penduduknya anggota koperasi, maju dia (negara),” ujarnya.
Selain di Jerman, dirinya juga mencontohkan keberhasilan koperasi di negara lain, seperti Kanada dan negara maju lainnya.
“Artinya apa, koperasi berkembang di negara maju. Kita punya undang undang dasar. Kalau ini kita kerjakan, kita pun akan bergerak seperti bangsa Jerman, bangsa Kanada, Korea, Jepang. Karena koperasi itu kuat di sana,” ucap Prof Agus.
Lalu, kenapa di negara kita koperasi belum kuat?. Alasan pertama, kata Prof Agus, dukungan politik harus menuju ke arah sana. Yang kedua harus banyak latihan.
“Kemampuan tidak akan berkembang bila tidak memiliki banyak kesempatan. Kemampuan akan berkembang kalau banyak latihan. Pengawasnya bagus, manajer nya bagus. Ujung-ujungnya ke mana, ke pendidikan,” ujarnya.
Untuk itulah, sebagai Rektor IKOPIN mengharapkan banyak dukungan kurikulum baru di universitasnya untuk mendukung apa yang dituntut oleh koperasi dan kemajuan koperasi.
Sementara, Akhmad Afandi selaku praktisi koperasi, melalui FGD ini ingin mensosialisasikan cara-cara berkoperasi yang benar dan baik. Karena pada umumnya, kata Akhmad, saat ini koperasi bergerak tidak sesuai jati diri koperasi itu sendiri.
“Ada koperasi yang orientasinya sih kelihatan bagus tapi tidak sesuai jati diri koperasi. Yang kedua, banyak koperasi yang gagal bayar, (konotasi) abal-abal dan penipuan karena berkedok koperasi. Dan yang ketiga, maaf ada koperasi yang sampai sekarang eksis puluhan tahun tapi tetap kecil aja (SHU). Jadi terkesan seperti peliharaannya si pendiri,” tuturnya.
Menurutnya, koperasi yang benar dan baik adalah lembaga yang berorientasi kepada benefit. “Jadi lembaga pemberdayaan yang berorientasi pada benefit. Yang harus diberdayakan adalah anggota sesuai dengan tujuan. Tujuannya memajukan kesejahteraan anggota,” tegasnya.
“Jadi kalo menjadi anggota koperasi harus meningkat dong kesejahteraannya. Koperasi harus memberikan solusi,” pungkasnya. **