SUMEDANG,– Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir melaksanakan soft launching kebijakan Paket Geulis (Pendidikan Kesetaraan Terintegrasi melalui Digitalisasi Ekosistem Perpusatakaan Berbasi Inklusi Sosial) pada acara Peningkatan Kapasitas Tanaga Perpustakaan dan Pustakawan di Aula Gedung Perpustakaan Daerah Kabupaten Sumedang, Rabu (21/6).
Program tersebut diluncurkan mengingat masih rendahnya RLS (Rata-rata Lama Sekolah) masyarakat sumedang yang belum mencapai angka 9 tahun serta belum optimalnya Perpustakaan Desa dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, karena masih lemahnya manajemen operasional dan SDM.
“Jadi dengan Paket Geulis, bagaimana ekosistem digital perpustakaan di tiap desa bisa hadir untuk meningkatkan literasi dan Rata-rata Lama Sekolah,” kata Donny.
Menurut bupati, ekosistem digital perpuatakaan menyatu dari mulai desa sampai ke kabupaten.
“Termasuk Perpustakaan ini luar biasa mempunyai tempat yang strategis berada di depan Pusat Pemerintahan Sumedang (PPS). Jumlah kunjungan ke Perpustakaan Daerah pun sekarang meningkat. Kalau sebelumnya di gedung perpustakaan lama hanya sekitar lima sampai sepuluh orang yang hadir, sekarang mencapai 150 sampai 200 orang,” terangnya.
Dikatakan Donny, Perpustakaan Kabupaten Sumedang dari segi kuantitas dan kualitas semakin baik ditunjang dengan pengelolaan yang semakin baik.
“Karena pengelolaan semakin baik, melayani dengan baik maka kunjunganpun akan semakin banyak,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Arsip Dan Perpustakaan Kabupaten Sumedang Dian Sukmara menyebutkan program Paket Geulis menekankan kepada bagaimana mensinergikan antara PKBM yang bergerak di bidang pendidikan kesetaraan dengan Perpustakaan yang tersebar di setiap desa.
“Sehingga kerja mereka di lapangan itu ada harmonisasi. Ujungnya adalah pada peningkatan rata-rata lama sekolah bagi masyarakat di Kabupaten Sumedang,” terangnya.
Dian menuturkan, Dinas Arsip Dan Perpustakaan akanterus memacu angka RLS agar bisa meningkat.
“Karena Rata-rata Lama Sekolah itu sekarang bukan lagi senagai IKU-nya dinas, tetapi sekarang sudah menjadi IKU- nya Bupati sehingga menjadi tanggung secara kolaborasi antar dinas,” tuturnya.
Oleh karena itu, Dinas Arsip dan Perpustakaan mencoba melakukan terobosan untuk mengharmonisasikan sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik.
“Karena apapun keberhasilan pembangunan yang telah diraih, kalau literasi masyarakatnya rendah, maka tidak akan bisa dinikmati. Karena sejujurnya kesejahteraan itu ada di mindset dan di dalam hatinya,” pungkasnya. (hm/bn/hms)