SUMEDANG,- Di bawah teriknya matahari, ratusan orang berkerumun di suatu lokasi di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Minggu (28/4/2019).
Terlihat, diantara kerumunan warga ada yang mengenakan seragam loreng sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta ada yang mengenakan seragam Abu-Coklat pertanda ia adalah anggota Polri.
Sengatan sang surya tak menyurutkan semangat mereka. Lantas, budaya khas Indonesia yaitu gotong royong melekat kuat di diri masing-masing sebagai senjata ampuh mewujudkan cita-cita dan meraih asa demi kepentingan umum.
Jika diperkirakan, jumlah mereka lebih dari 150 orang. Anggota TNI dan Polri tadi, adalah Babinsa dan Bhabinkamtibmas Jatinangor. Satu tokoh penting lainnya yang menyingsingkan lengan baju adalah Kepala desa Cilayung, Uyun.
Usut punya usut, kerumunan orang ini untuk merajut asa pulihnya sebuah fasilitas umum berupa jembatan yang sempat roboh akibat bencana alam.
Satu persatu diantara mereka yang sudah bercucuran keringat mulai memegang sejumlah peralatan untuk memperbaiki jembatan yang diketahui sebagai penghubung antar kecamatan.
Jembatan itu terletak di Dusun Nengkor Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor. Sedangkan rombongan warga terdiri dari tiga kecamatan, yakni Jatinangor, Tanjugsari, dan Sukasari. Dengan diwarnai canda tawa, rasa lelah dan letih pun tak nampak dalam diri mereka. Malah, rasa persaudaraan dan keakraban begitu kental terjalin.
Di tengah ramainya orang tiba-tiba dua sosok berperawakan tegak datang menghampiri, warga dan memberikan semangat. Keduanya, Babinsa dan Bhabinkamtibmas lantas turut terjun dalam proses perbaikan jembatan.
Sedangkan penyemangat lainnya, yaitu Kades Cilayung, Uyun mulai beristirahat dalam balutan keringat. Ia pun dimintai keterangan oleh awak media terkait kegiatan positif tersebut.
Uyun membenarkan, 150an warga dibantu Babinsa Koramil Jatinangor, Babinmas dari Polsek Jatinangor ini sedang memperbaiki jembatan bekas perlintasan KA zaman kolonial Belanda.
“Setelah sebelumnya diurug dengan tanah, kini jembatan sudah dicor menggunakan semen. Sedangkan dananya berasal dari swadaya masyarakat yang terkumpul hingga Rp40 juta rupiah,” jelas Uyun, yang sesekali menarik nafas akibat pekerjaan cukup menguras tenaga itu.
Uyun berujar, warga sudah merasa kesal dengan kondisi jembatan itu. Begitu pun pemerintah desa, sudah bosan mengajukan anggaran yang tak juga mendapat repson berupa bantuan.
“Persoalan ini cukup rumit, selain tanah milik PT KAI, juga kewenangannya ada di Pemprov Jabar. Jadi anggaran Kabupaten tak bisa menghandle jembatan itu. Apalagiada rencana jembatan itu mau diaktifkan kembali menjadi perlintasan kereta api antara Rancaekek sampai Tanjungsari. Sehingga takutnya perbaikan itu akan sia-sia,” katanya.
Uyun menerangkan vitalnya jembatan ini karena sebagai akses warga yang sebelumnya harus memutar jauh karena jembatan ditutup.
“Kami berharap ada kejelasan terkait reaktivasi jalur KA agar status jembatan itu jelas siapa yang mengelola. Adapun kalau jadi perlintasan KAI, pihak desa mengharapkan adanya pembebasan tanah untuk akses jalan baru. Jika bisa, ada jalan baru untuk aktivitas warga di tiga kecamatan mengingat jembatan itu sebagai akses satu satunya warga di tiga kecamatan,” paparnya.
buy clomid online http://www.nicaweb.com/images/photoalbum/photo/clomid.html no prescription
Terakhir, sebelum melanjutkan gotong royong di sisa tenaganya, Uyun menyampaikan mengapresiasi swadaya masyarakat Cilayung dan Jatinangor yang telah membantu baik materi, materil dan tenaga.
“Saat ini dana yang terkumpul untuk perbaikan jembatan itu sudah mencapai Rp10 juta. Sabilulungan atau gotong royong warga tak hanya tenaga, tapi materi. Saya menyampaikan banyak terima kasih,” pungkas Uyun yang lantas melanjutkan gotong royong.
Abas