CIMAHI – Saluran drainase milik PT Sansan Saudaratex akhirnya kembali dibuka oleh Satgas Citarum Sektor 21, keputusan ini diambil setelah Dansektor 21 dan anggotanya satgas Subsektor 13 mengecek secara seksama proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) perusahaan tekstil yang beralamat di Jalan Cibaligo, 33 Cimahi, Senin (29/7/19).
Seusai melaksanakan pengecekan, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat menjelaskan bahwa hari ini pihaknya melaksanakan pengecekan akhir IPAL PT Sansan Saudaratex yang mana kurang lebih sekitar 2 minggu yang lalu kedapatan mengeluarkan cairan (limbah) kotor ke aliran sungai.
“Ada laporan dari masyarakat kita tindak lanjuti, dan kita tutup. Setelah kita konfirmasi ke pihak perusahaan bahwa itu ada kesalahan kerja bukan pengolahan ipal. Dengan demikian saya sebagai Dansektor 21 tidak mau melihat alasan itu. Tetap kita tutup, kita kasih waktu untuk pembenahan”, ujar Dansektor 21.
Setelah melakukan pengecekan secara seksama di lokasi IPAL, “tadi kita lihat ada beberapa bangunan baru dan tadi kita tanya kepada Harry (wakil Direksi) yang mengaku selama setahun ini pihaknya sudah bekerja untuk membangun IPAL, dengan biaya yang yang lumayan besar, hingga milyar-an. Tapi kita tidak melihat itu, itu adalah keharusan dan kewajiban perusahaan agar mengelola IPAL dengan baik”, tutur Kolonel Yusep.
“Kita lihat (proses IPAL dan ikan hidup) sudah baik berarti sudah aman untuk dibuang ke masyarakat. Karena saya paham, banyak perusahaan yang membangun dengan biaya milyaran, tapi hasilnya tidak seperti ini, maka saya tutup saluran pembuangannya. Tapi kalau sudah bening, sudah layak untuk dibuang dan tidak merusak lagi lingkungan di DAS Citarum”, ungkapnya.
Dansektor 21 juga berharap kepada perusahaan agar hasil pengolahan ini selalu dikelola dengan baik tidak ada lagi kelalaian. “Kalaupun ada kebocoran, ada hal yang diluar prosedur segera kasih tahu Satgas, karena sekarang masyarakat itu sudah cepat sekali tanggapnya, begitu sungai kotor pasti mereka akan ambil videonya, dia foto, dia lapor kepada saya, lapor kemana mana sehingga saya tidak mau ada lagi berita keatas seolah olah satgas membiarkan hal hal seperti ini, ini tidak boleh terjadi lagi”, tandasnya.
Sementara Harry Danubrata selaku Wakil Direksi perusahaan menegaskan bahwa sejak ditutupnya pembuangan drainase oleh satgas, pihaknya telah mengambil tindakan tegas sesuai komitmen yang dijaga oleh pabrik selama ini. “Kami sudah mengambil tindakan tegas, dengan memberhentikan satu karyawan, dan memberikan SP (surat peringatan) kepada dua karyawan (operator IPAL)”, ujar Harry.
Pihaknya mengungkapkan bahwa, “itu adalah komitmen kami dan tim, kami sudah berinvestasi cukup besar dan itu pun modal kami sangat sulit. Karena kami menggunakan modal bekerja untuk investasinya, apa gunanya kami investasi sangat besar tapi kami masih melakukan kesalahan yang sama”, ucapnya.
“Komitmen kami adalah menjaga dan memastikan kalau hasil pengolahan kita baik. Karena secara bisnis pun, dengan pengelolaan yang baik cost kami ternyata lebih rendah dan sudah saya hitung cukup menguntungkan juga”, imbuhnya.
Dijelaskan Harry, perusahaan yang berdiri sejak 35 tahun lalu, untuk pengolahan IPAL pihaknya memilih investasi jangka panjang. “Kita memilih proses biologi, sehingga operasional cost kita lebih rendah. Memang investasi di awal lebih tinggi, bisa kita lihat tadi, kita butuh bak-bak besar dan tangki-tangki besar. Itu karena kami memilih proses biologi, jadi dibandingkan proses kimia yang membutuhkan lahan kecil dan waktu lebih cepat, proses biologi ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Akan tetapi, nantinya kita tidak perlu menggunakan kimia lagi”, ungkap Harry.
Secara lugas Harry menerangkan, “proses yang kami lakukan adalah equalisasi, atau pencampuran semua limbah menjadi satu. Kemudian kita mempunyai proses pendinginan, supaya temperatur menurun, lalu kita masukkan ke Anaerob. Dimana bakteri tidak menggunakan oksigen untuk penyempurnaan terutama di warna, lalu kita masukan pada aerasi, dalam waktu tinggal selama 20 jam. Disanalah terjadi banyak sekali reduksi, jadi air dan kotoran itu dipisahkan secara biologi”, terangnya.
“Kami mengerti, berat sekali untuk masalah IPAL ini. Kita pun hampir 1 tahun melaksanakan pembenahan. Tetapi apa yang kita rasakan setelah memiliki pengolahan limbah yang baik, hidup jadi tenang dan kami bisa konsentrasi untuk produksi. Intinya dengan IPAL yang baik, hidup kita juga lebih tenang”, pungkasnya.
Elly