JAKARTA,– Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, suhu politik di Indonesia mulai memanas. Klaim, sindiran dan membanding-bandingkan mulai dilontarkan elit partai politik.
Belakangan ini, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY mengklaim bahwa pembangunan sejumlah infrastruktur yang diresmikan Presiden Joko Widodo hanya tinggal gunting pita, karena hampir sebagian besar telah dimulai sejak kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
AHY lantas menyindir kubu Jokowi yang tidak pernah ada pengakuan atau ucapan terima kasih kepada SBY atau Partai Demokrat.
“Kadang-kadang saya speechless juga mengatakannya. Tapi kenapa sih, kita tidak kemudian mengatakan, terima kasih telah diletakkan landasan, telah dibangun 70 persen, 80 persen, sehingga kami tinggal 10 persen tinggal gunting pita. Terima kasih Demokrat, terima kasih SBY, begitu,” ungkap AHY, saat mengikuti Rapimnas Partai Demokrat, di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2022) lalu.
Kemudian, Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Utje Gustaaf Patty membalas sindiran AHY tersebut. Menurut Utje, AHY masih menunjukan sikap kekanak-kanakan.
“Lah ya wajar kalau memang ada pembangunan yang belum tuntas, kemudian dituntaskan. Justru salah besar, kalau ada pembangunan yang tidak selesai lalu dibiarkan, jadi itu mubadzir,” ungkap Utje, di kantornya, Jumat (16/9/2022).
Utje mengutarakan, serangan politik yang dilayangkan AHY terlalu naif dan tidak berbobot. Pasalnya, kata Utje, pembangunan infrastruktur dalam pemerintahan itu berkesinambungan dan berlanjut.
“Semisal gini ya, Bung Karno adalah seorang proklamator. Semasa jabatannya, ia juga banyak membangun di sana sini. Kemudian setelah lengser, pembangunan pemerintahan dilanjutkan pak Soeharto, dilanjutkan lagi pak Habibie dan seterusnya. Lalu, apa yang salah?” ucap Utje, sembari tertawan.
“Jadi semua orang tahu, secara keseluruhan pembangunan itu berkesinambungan, dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya. Makanya saya sependapat dengan KSP (Kantor Staf Presiden, red), yang mengingatkan putra sulung pak SBY itu melakukan refleksi diri. Iya dong, kan pada saat awal pemerintahan Pak SBY, dia juga melanjutkan pemerintahan sebelumnya,” tambah Utje.
Utje menegaskan bahwa setiap pemerintah memang mempunyai tugas untuk melanjutkan agenda pemerintah sebelumnya. Dia menekankan bahwa pemerintah bekerja untuk rakyat.
“Jadi jelas ya, negara kita itu melanjutkan, namanya juga pemerintahan Republik Indonesia, Presiden juga Presiden Republik Indonesia, kerjanya untuk rakyat Indonesia. Dan yang harus diketahui, apa yang dilakukan itu tentu sudah ada konsep dasar pembangunan, sudah dirumuskan,” jelas Utje.
Prestasi
Lebih jauh, Utje membalas pernyataan AHY yang membandingkan era kepemimpinan SBY dan Jokowi.
“Meskipun dalam politik itu ada lawan, tetapi sebagai bangsa yang besar kita tidak boleh juga tidak menerima fakta prestasi pemimpin kita sebelumnya. Dan setiap presiden itu pasti punya kelebihan dan kekurangan. Namun untuk pak Jokowi, terlalu banyak memang prestasinya. Jadi kadang orang-orang banyak yang mencari kelemahan prestasi Jokowi, dan selalu gagal,” kata Utje, sembari tertawa.
Disinggung lebih detail apa saja prestasi Jokowi, Utje memaparkan bahwa pembangunan Indonesia yang dinakhodai Jokowi telah menuju arah yang benar dan berjalan baik.
Itulah yang tergambar dari tingkat kepuasan masyarakat yang konsisten berada di atas angka 70%. Dengan tingkat kepuasan mendekati tiga perempat jumlah penduduk Indonesia tersebut tentunya menjadi modal sosial yang baik bagi kepemimpinan Joko Widodo untuk terus melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis.
“Survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan medio Januari-Februari 2022 menunjukkan 71% rakyat Indonesia menegaskan puas atas pencapaian kinerja Presiden. Yang cukup puas dengan kinerja Jokowi sebesar 51%, dengan persentase yang sangat puas, yakni 20%,” sebut Utje.
Tentunya, sambung dia, penanganan pandemi yang dilakukan Presiden Jokowi dengan kebijakan kombinasi gas dan rem untuk menyeimbangkan sektor kesehatan dan ekonomi banyak direkam publik.
“Jika mayoritas puas, artinya Jokowi dianggap piawai menjalankan orkestrasi kebijakan tersebut. Untuk itulah, capaian yang ditorehkan Presiden Joko Widodo ini patut menjadi penanda baru prestasi kepemimpinan yang harus dilanjutkan,” kata dia.
Utje juga membeberkan sedikitnya tiga prestasi Presiden Jokowi yang paling menonjol dan membanggakan. Presiden kelahiran Surakarta menurutnya sukses dengan mudah mengembalikan Penguasaan Sumber Daya Alam ke Pemerintah Indonesia.
“Ya, pada periode kepemimpinannya, Jokowi berhasil mengembalikan sejumlah wilayah strategis sumber daya alam yang selama ini dikuasai oleh asing. Salah satunya adalah Blok Rokan. Blok Rokan awalnya dikuasai perusahaan asal Amerika Serikat, PT. Chevron Pasifik Indonesia sejak Indonesia belum merdeka,” katanya.
Berlokasi di Sumatera Utara, imbuh Utje, Chevron menambang minyak dan gas bumi dari wilayah tersebut selama kurang lebih 97 tahun. Kini, wilayah tersebut kembali ke tangan pemerintah dan dikelola oleh BUMN.
Selain Blok Rokan, Jokowi juga mengambil alih tambang emas dan tembaga di Papua yang sudah dikuasai oleh perusahaan asal Amerika Serikat, PT Freeport Indonesia.
“Sebelumnya, saham Freeport dikuasai oleh Negeri Paman Sam. Namun saat ini, kepemilikan saham lebih banyak dimiliki pemerintah Indonesia yakni kisaran 51%,” jelas Utje.
Kemudian, Presiden Jokowi sukses menggenjot pembangunan infrastruktur. Alhasil, pembangunan infrastruktur di Indonesia tampak lebih cepat. Hal ini dikarenakan Jokowi menganggarkan dana cukup besar di pembangunan Infrastruktur selama periode kepemimpinannya.
Adapun sejumlah infrastruktur yang bisa dinikmati selama kepemimpinan Jokowi antara lain Jalan Tol Trans Jawa, Trans Sumatera, Trans Papua, hingga Trans Sulawesi. Selain itu, Jokowi juga mempercepat pembangunan bendungan pembangkit guna menyokong penggunaan energi listrik terbarukan di Indonesia.
Dan prestasi yang tak kalah membuat Indonesia menjadi sorotan dunia adalah karena Jokowi berperan vital membawa Indonesia jadi tuan rumah perhelatan besar dunia.
“Sejumlah perhelatan bergengsi kelas dunia banyak dilakukan di Indonesia selama periode kepemimpinan Presiden Jokowi. Sebagai contoh, pada 2018 lalu, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah pegelaran olahraga se-benua Asia, Asian Games. Selain Asian Games, Indonesia juga menjadi tuan rumah World Cup U-20 yang rencananya bakal dihelat tahun ini,” ulas Utje.
Tahun yang sama, imbuhnya, Indonesia dipilih menjadi tuan rumah forum pertemuan kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU), G-20. (Yadi/tim)