SUMEDANG,- Dalam rangka mendukung ketahanan pangan pasca Covid-19, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana “menyulap” pemanfaatan limbah baglog budidaya jamur tiram menjadi energi terbarukan briket dan pupuk organik.
Acara yang digelar di Kawasan Hutan Pendidikan ITB Desa Cinanjung Kecamatan Tanjungsari, menghadirkan pembicara diantaranya Tim pengabdian masyarakat (PM) dari SITH ITB yang diketuai oleh Dr. Mustika Dewi dengan anggota Dr. Mamat Kandar dan Noor Rahmawati, M.Si.
Dr Mustika Dewi memberikan pelatihan pembuatan briket dari limbah baglog sebagai sumber terbaharukan dan pupuk organik hasil pengomposan limbah baglog. Serta penyiapan bibit berbagai macam sayuran yang akan ditanam pada polybag yang ditempatkan di pekarangan rumah masing-masing.
“Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian SITH ITB pada masyarakat desa sekitar hutan Gunung Geulis dalam penanganan limbah baglog jamur tiram menjadi briket arang adan pupuk organik. Briket arang merupakan energi terbarukan yang bisa digunakan dalam skala rumah tangga atau skala industri rumahan, ataupun sebagai bahan bakar dalam kegiatan sterilisasi alat dan baglog yang akan digunakan untuk budidaya jamur tiram,” kata Dr Mustika Dewi.
Menurutnya, pupuk organik dari limbah baglog juga merupakan pupuk yang bagus untuk tanaman sayuran dan termasuk ramah lingkungan. Selama ini limbah baglog hasil budidaya jamur tiram belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga banyak manfaat yang belum digali lebih jauh.
“Selain ingin mensejahterakan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan limbah jamur tiram, kami juga ingin mendukung program pemerintah dalam upaya peningkatan ketahanan pangan yang dimulai dari ketahanan pangan keluarga,” ujarnya.
Dr. Mustika juga mengharapkan kegiatan ini dapat memberikan nilai manfaat yang tinggi bagi keluarga dan masyarakat dan bisa diaplikasikan oleh masyarakat bahwa dengan teknologi sederhana dapat memberikan nilai manfaat yang tinggi dari pengolahan limbah.
“Target sasaran dari program pengabdian masyarakat ini adalah menjadikan masyarakat desa sekitar hutan Gunung Geulis ini khususnya masyarakat Desa Cinanjung Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang dapat melakukan pengolahan limbah baglog jamur tiram menjadi sumber energi terbarukan briket dan pupuk organik demi menunjang kebersihan lingkungan, dan ketangguhan ketahanan pangan di lingkungan keluarga,” katanya.
Sementara itu, Dr Mamat Kandar menambahkan peningkatan produktivitas pertanian sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan terancamnya ketahanan pangan pasca pandemi Covid-19.
Ancaman terjadinya penurunan ketersediaan kebutuhan pangan terjadi di seluruh dunia. Untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan upaya peningkatan ketahanan pangan dari lingkup keluarga, dengan cara memberdayakan ibu rumah tangga untuk menanam sayuran pada polibag untuk setidaknya memenuhi kebutuhan keluarga masing masing-masing.
“Desa Cinanjung kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang secara geografis terletak di lereng Gunung Geulis yang merupakan kawasan Hutan dengan Tujuan khusus (KHDTK) Hutan pendidikan Gunung geulis, Institut Teknologi Bandung berdasarkan SK.663/Menlhk/Setjen/PLA4/11/2027). Mata pencaharian penduduk Desa Cinanjung adalah petani, diantaranya juga sebagai petani budidaya jamur tiram, walaupun saat ini agak terkendala oleh adanya pandemi covid 19,” katanya.
Pada saat praktek pembuatan briket dan pembibitan tanaman pada media tanam kompos hasil dari pengolahan limbah baglog dilakukan oleh para ibu, sedangkan pembuatan pupuk organik dilakukan oleh para bapak. Untuk kegiatan selanjutnya adalah menanam bibit sayuran pada polybag dan ditempatkan di rumah masing masing. (Abas)