BANDUNG,– Pemilihan Ketua Umum (Ketum) Kerukunan Keluarga Kawanua se Indonesia berlangsung di Anjungan Sulawesi Utara TMII dengan dihadiri Ketum FKPPAI, Jumat (11/4/2025).
Hadir Ketua FKPPAI Ki Saung Rasa, Panglima Adat Minahasa Tonsas Yorsi, Penasehat FKPPAI Bunda Bagala sebagai tamu kehormatan dan para tokoh masyarakat.
Dalam acara Kerukunan Keluarga Besar Kawanua di Anjungan Sulawesi Utara TMII tersebut, disuguhkan ciri khas makanan dari suku berbeda serta aksesoris yang memukau.
Kehadiran sekitar 36 menu makanan khas berapa suku itu sekaligus untuk memperkenalkannya kepada masyarakat. Mereka juga bisa membeli untuk mencobanya atau sebagai oleh-oleh.
Tidak kalah, perwakilan Dayak yang hadir, Nyai Denok juga menampilkan beragam aksesoris dari hiasan bulu ekor burung, peda, mandau serta perisai sejenis pusaka yang terbuat dari kayu.
Peda adalah senjata tradisional khas Minahasa. Penduduk pribumi menyebutnya santi. Senjata parang tradisional ini pertama kali dibuat 5.000 tahun lalu oleh Opo Marentek atau pandai besi masyarakat Sulawesi Utara.
Dipercaya, santi sadah ada seblum perang Minahasa melawan penjajah Spanyol, yang dikenal Perang Tasikela Santi, dalam bahasa Tombulu artinya pemisah .
Sedangkan Manguni sendiri pusaka tradisionalnya seperti keris, tombak, kapak, parang golok, busur, perisai. Semuanya terbuat dari kayu dan bambu, kecuali kapak dan golok, terbuat dari besi.
Burung Manguni adalah bagian dari warisan budaya Minahasa. Burung manguni (Celepuk Sulawesi) diyakini sebagai simbol kebijaksanaan, pertanda, dan perantara manusia dengan leluhur.
Selain itu, Manguni adalah bagian dari warisan budaya Minahasa yang kaya dan beragam penggunaan senjata tradisional.
Kini telah berkurang seiring dengan perkembangan modernisasi. Namun senjata Manguni masih memiliki nilai-nilai budaya dan sejarah yang penting. (Abah Maman)