JAKARTA,– Minggu, 27 Oktober 2019, sejak pukul 05.30 WIB pagi hari, ribuan warga Papua-Papua Barat dan publik telah memadati lapangan Banteng, Jakarta, untuk melanjutkan acara ‘Budaya Papua-Papua Barat ‘ yang telah dilakukan sejak Sabtu (26/10/2019) sebelumnya.
Senam bersama, dipandu puluhan putra-putri Papua-Papua Barat mengawali kegitan pagi tadi. Bahkan, beberapa pengunjung Warga Negara Asing (WNA) turut larut dalam kegiatan itu.
Richard Miller (53 tahun) adalah warga Amerika Serikat yang sengaja datang dari hotel tempat dia menginap seraya jogging bersama beberapa teman dari komunitas pengamat Megalith.
“Saya suka Indonesia, juga suka Papua. Kemarin tidak sempat lihat acara Bakar Batu. Saya sempat buka google cari tahu seperti apa Bakar Batu itu. Lusa kami ke Papua karena mau lihat situs Megalitik di Papua-Papua Barat,” ungkap Richard yang lantas pamit melanjutkan kegiatnya.
Menjelang pukul 07.00 pagi, ketua panitia Willem Frans Ansanay, S.Th, SH, M.Si telah bergabung bersama undangan VVIP lain, yaitu Gubernur DKI Jakarta, Pangdam Jaya, Kapolda Metro Jaya, dan lainnya. Wajah Willem terlihat bahagia. Terbayar sudah keletihannya menjadi ketua panitia selama ini.
Saat sambutan, Willem Frans yang juga seorang dosen ini mengulas tentang latar belakang mengapa acara dua hari ini dilakukan di Lapangan Banteng. Intinya, karena Willem ingin mengingatkan kembali semangat para pejuang Irian Jaya (saat itu) dalam mempertahankan NKRI dari penjajahan.
“Lapangan Banteng identik dengan Monumen Pembebasan Irian Barat yang berasal dari Presiden RI Soekarno ketika berpidato di Yogyakarta. Dan, kemudian dibuat sketsanya oleh Henk Ngantung. Pembuatan monumen dari bahan perunggu ini kemudian dipercayakan pada tim pematung Keluarga Area Yogyakarta dibawah pimpinan Edhi Sunarso. Diperlukan waktu sekitar 1 tahun untuk menyelesaikan monumen pemuda berambut keriting dengan wajah ekspresif setinggi 11 meter ini. Kedua tangan monumen terentang ke atas, masing-masing dengan rantai borgol yang telah putus. Melambangkan kami telah merdeka,” papar Willem.
Peresmian monumen dilakukan oleh Presiden RI Ir. Soekarno pada 17 Agustus 1963. Benar bahkan monumen ini pembebasan Irian disertai pembangunan danau buatan di sisi sebelah kanan dan tempat duduk melingkar di tepiannya seperti bentuk amphitheater.
“Saat Sabtu malam, eksotisme monumen ini semakin dahsyat saat panitia memperagakan atraksi cahaya laser dan air mancur yang membuat ribuan hadirin bertepuk tangan meriah. Saya puas. Saya bahagia,” ujarnya.
Willem, Semangat Trikora & Kerja Jokowi
Saat usai mengantar Pangdam Jaya, Kapolda Metro dan Gubernur DKI Jakarta ke mobilnya. Willem Frans kelahiran Numfor, Papua, 19 Juni 1963 ini menambahkan jika sosok patung pada Monumen Pembebasan Irian Barat, Jakarta Pusat digambarkan dengan tangan terentang dan sisa potongan rantai melambai, melambangkan terbebasnya tanah Papua dari belenggu penjajahan Belanda.
“Sejak bebas itu, memang tidak mudah mewujudkannya. Ujian selalu datang. Setelah bebas dari penjajahan kolonial, tanah Papua-Papua Barat masih saja bergolak dengan isu separatis dan angka kemiskinan yang masih tinggi. Di era Presiden Jokowi, Papua-Papua Barat mulai bangkit, infrastruktur mulai baik. Kedepan semoga Jokowi lebih serius dalam hal pemberdayaan SDM di Papua-Papua Barat sebagaimana semangat Trikora, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk kami di Papua-Papua Barat. Di Nawacita jilid 1 lalu, presiden Jokowi mampu mengejar ketertinggalan kami dari daerah lain di Indonesia, meski pembangunan itu menghadapi tantangan berupa kondisi alam yang sangat berat serta adanya gangguan keamanan.”
“BBM satu harga hingga ke pelosok juga baru dinikmati kami hanya di jaman pemerintahan Jokowi. Terima kasih atas dukungan insan pers, selama dua hari ini karena tanpa kalian yang terus menerus menginformasikan fakta dan data yang benar, maka semua sia-sia. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua panitia yang telah bekerja baik. Saya puas. Saya bahagia. Tuhan memberkati niat baik ini. Saya puas, Tuhan memang baik. Amin,” tutup Willem sembari memberikan tanda dua jempol tangannya. (PapaRief)